Relawan Muda Zamane Deklarasikan Anti Money Politik

Relawan Muda Zamane Deklarasikan Anti Money Politik

TANJUNGBINTANG - Gerakan anti Money Politik diserukan dan dideklarasikan puluhan pemuda Tanjungbintang, Sabtu (14/11). Mereka yang tergabung dalam Relawan Muda Zamane Perubahan berharap agar pada pilkada Lamsel 9 Desember 2015 mendatang tidak menjadi ajang transaksional politik. Para pemuda yang berasal dari Desa Jatibaru, Srikaton, Serdang dan sejumlah desa lainnya ini juga menyatakan pilkada Lamsel harus berjalan dengan fair tanpa adanya politik uang. Burhanudin (25), Pemuda Jatibaru mengatakan, bahwa deklarasi ini merupakan tekad agar pada pilkada 9 Desember 2015 mendatang tidak terjadi politik transaksional. Ia mengajak masyarakat agar jangan sampai masyarakat menentukan pilihan hanya karena diiming-imingi recehan yang berakibat tidak rasional dalam menentukan pilihan. \"Kami ingin pilkada berlangsung benar-benar demokratis,\" ungkap Burhanuddin. Senada dengan yang diungkapkan Hadi (22). Pemuda Desa Serdang yang merupakan mahasiswa Fakultas Ekonomi Unila ini juga menyatakan bahwa politik uang akan mencederai proses demokrasi. \"Jadi, jangan sampai ajang transaksional mencederai demokrasi kita,\" ungkap dia. Menurut Hadi, dirinya bergabung dalam Relawan Muda Zamane Perubahan karena ingin ikut serta memberikan edukasi kepada masyarakat. Bahwa, memilih pemimpin haruslah selektif. \"Karena 1 menit di bilik suara akan berdampak bagi Kabupaten kita,\" ungkap dia. Hadi juga berkomitmen akan terus mengajak masyarakat untuk menggunakan hak pilih dalam pilkada dengan membangun kesadaran bahwa tiap suara masyarakat sangat berarti bagi nasib Lampung Selatan lima tahun kedepan. \"Jangan sampai disia-siakan satu suara itu,\" ungkap dia. Mentor Relawan Zamane H. Dwi Riyanto yang hadir dalam deklarasi tersebut sangat mengapresiasi gerakan anti politik uang yang dipelopori oleh para relawan muda zamane perubahan. Menurut Dwi, deklarasi tersebut menyatakan bahwa money politik pada dasarnya merupakan intimidasi secara halus kepada masyarakat. Pasalnya, alih-alih ingin membangun politik, justeru mencederai dan melukai kesadaran politik masyarakat. \"Ini bentuk mencari simpati yang tidak mendidik dalam berdemokrasi,\" pungkas Dwi. (edw)

Sumber: