Kompensasi Rumah Retak Diproses
Kelompok Masyarakat Ancam Tutup Pertambangan
SIDOMULYO – Ganti rugi akibat kerusakan rumah retak sebanyak 60 rumah dinilai tak sesuai nilainya, kelompok masyarakat Desa Bandar Dalam mengancam akan menutup petambangan batu split milik PT. Andesit Lumbung Sejahtera (ALS). Informasi yang dihimpun Radar Lamsel, ada indikasi ketersinggungan masyarakat yang tidak dilibatkan dalam proses kompensasi yang tengah dalam proses tersebut. besaran nilai kompensasi kerusakan bervariasi di kisaran Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu tergantung kerusakan. Namun ada yang tidak legowo dan mengambil sikap untuk melaporkan dan mengadukan hal tersebut bahkan kelompok tersebut mengancam akan menutup serta melapor ke DPRD Lamsel. Kepala Desa Bandar Dalam Suyadi mengatakan sejauh ini situasi antara masyarakat Bandar Dalam dengan PT. ALS masih kondusif. Namun Suyadi tidak menutupi bahwa ada miss komunikasi yang menyebabkan suasana sedikit memanas terkait dana kompensasi tersebut. “Umumnya masyarakat setuju dengan besaran nilai kompensasi, tapi ada kelompok yang bersebrangan sehingga timbul ketidakharmonisan atas penyelesaian kompensasi rumah retak,” kata Suyadi kepada Radar Lamsel, Kamis (26/1) kemarin. Dikatakannya, pihak perusahaan sejauh ini sudah memenuhi tuntutan warga yang menginginkan pembangunan sumur bor serta mempekerjakan 60 persen karyawan perusahaan dari warga lokal serta kompensasi rumah retak juga dipenuhi. “Memang kemarin sempat tersendat kompensasi kerusakan tersebut, namun untuk sumur bor dan 60 persen karyawan sudah direalisasikan oleh perusahaan,” kata dia. Saat ditanya mengenai apakah masyarakat Bandar Dalam menuntut agar PT. ALS ditutup? Suyadi menjelaskan, itu hanya sekelompok orang saja yang merasa tersinggung akibat tidak dilibatkan oleh perusahaan. “Yang jelas kalau perusahaan ditutup, maka dampak besar amat diraskan oleh masyarakat yang mengais rezeki di pertambangan,” ujarnya. Terpisah Menager PT. ALS Agus menjelaskan kisruh tersebut dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat saja yang tidak menerima dengan hasil pembayaran kompensasi. “Mereka tidak terima, padahal Tim survei kerusakan sudah kami turunkan untuk mengecek kerusakan dan ditotal berapa biaya yang harus dibayarkan,” kata Agus saat dihubungi Radar Lamsel via telepon sore kemarin. Agus menjelaskan persoalan macam ini kerap terjadi akibat dari tidak adanya koordinasi yang baik dalam kelompok masyarakat. Padahal sambung Agus, pihaknya berulang kali mendata dan siap membayar kompensasi. “Kami bukannya tidak peduli tapi memang ada segelintir orang yang ingin memanfaatkan situasi, kalaupun PT. ALS ingin ditutup ya silahkan saja. karena selama ini tuntutan dan kompensasi sudah kami realisasikan,” tutupnya. (ver)Sumber: