Pengrajin Genting dan Batubata Kebanjiran Omset
Pasca Pelunasan UGR JTTS
WAY PANJI – Sejak sebulan terakhir permintaan genting dan batu bata meningkat pasca pelunasan Uang Ganti Rugi (UGR) pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) disejumlah kecamatan di Lamsel. Di Dusun Umbul Pati, Desa Sidharjo, Kecamatan Way Panji misalnya. Para pengrajin genting dan bata kebanjiran omset. Bahkan bagi para pemesan harus memesan dari jauh hari untuk memenuhi kebutuhan dua jenis material bangunan itu. Sejak pelunasan UGR JTTS, Dusun Umbul Pati yang dikenal sebagai sentra pengrajin olahan tanah itu kebanjiran permintaan. Untuk harga batu bata Rp 300.000,- per 1.000 butir. Sedangkan untuk harga genting kelas satu dipatok seharga Rp 1.500 per buahnya. “Permintaan meningkat sejak penggusuran dan pelunasan JTTS. Pengrajin genting dan batubata di Umbul Pati juga sempat kualahan meladeni permintaan yang cukup tinggi,” kata Supriyono (50) salah seorang pengrajin genting, Minggu (12/3) kemarin. Supriyono mengatakan, para pembeli yang datang kepadanya umumnya merupakan masyarakat dari beberapa kecamatan yang rumahnya terkena gusuran JTTS. “Semua pembeli besasal dari Lamsel, rata-rata pemesanan dengan jumlah besar,” ungkapnya. Ditengah meningkatnya omset para pengrajin genting dan bata ternyata faktor cuaca ikut mempengaruhi hasil produksi. Curah hujan yang terjadi seringkali mengakibatkan produksi macet, bahkan sejumlah pengrajin di Umbul Pati sempat dipusingkan ancaman banjir yang melanda kawasan tersebut. Darsito (46) salah seorang pengrajin genting di Umbul Pati mengatakan hasil kerja mereka (pengrajin red) sangat ditentukan oleh terik matahari. Jika hujan otomatis produksi dihentikan. “Kendala kami hanya satu, cuaca kalau cuaca bagus produksi juga bagus,” kata dia. Meningkatnya jumlah permintaan konsumen diprdiksi bakal berlanjut hingg akhir tahun 2017 ini. Sebab, lanjut Darsito masih ada sejumlah Kecamatan di Lamsel yang belum menerima UGR JTTS. “Sejak lama Umbul Pati sudah dikenal sebagai sentra genting dan bata, jadi para konsumen banyak yang sudah paham dan memesan kesini,” kata Darsito. Sayangnya para pengrajin genting dan bata di Dusun Umbul Pati masih belum bisa menembus pasar ekspor. Peran pemerintah sejauh ini belum terlihat untuk menjadikan komoditi genting dan bata sebagai bahan ekspor meski kualitas jempol. Para pengrajin umumnya hanya meladeni permintaan pasar lokal khusunya Lamsel. (ver)Sumber: