Wabup Nanang : Penodongan Harus jadi Perhatian
Satpol-PP Sebut Penodongan Diluar Rest Area
KALIANDA – Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol-PP) Lampung Selatan bereaksi atas pemberitaan peristiwa penodongan yang dialami warga Desa Pasuruan Kecamatan Penengahan, Sabtu (25/3) malam sekira pukul 22.00 WIB. Korps penegak peraturan daerah (perda) ini ngotot bahwa peristiwa kriminalitas itu tak terjadi di areal taman maupun rest area Masjid Agung Kubah Intan Kalianda. Melainkan terjadi diluar taman atau rest area. “Mungkin kejadiannya di luar taman atau di depan gerbang masjid disekitar tugu. Kalau di dalam areal taman kami pastikan tidak ada kejadian pada malam itu. Karena memang tidak ada laporan ke petugas kami yang piket,”ungkap Kepala Bidang Ketertiban Umum (Tibum) Satpol-PP Lamsel Heri Bastian kepada Radar Lamsel, kemarin. Menurut Heri, sepanjang malam taman dan rest area Masjid dijaga ketat oleh aparat Satpol-PP. Petugas jaga di masjid kebanggaan warga Kalianda saat malam itu tidak mendapatkan laporan dari para pengunjung. Petugas bahkan mengaku sudah menertibkan lokasi taman sejak pada pukul 22.00 WIB dengan menutup semua gerbang. Dia menceritakan, setiap hari petugas yang piket di Masjid Kubah Intan mengkosongkan lokasi taman setiap pukul 22.00 WIB. Itu dilakukan untuk mengantisipasi kejadian negatif yang bisa dilakukan para kaula muda di lokasi tempat ibadah. “Kami kembali membuka lagi rest area dan taman pada saat menjelang waktu Sholat Subuh. Karena untuk menghindari penyalahgunaan lokasi yang memang tempat beribadah,” tutupnya. Peristiwa penodongan itu memantik perhatian Wakil Bupati Lampung Selatan Nanang Ermanto. Orang nomor dua di bumi Khagom Mufakat ini justru menilai tempat kejadian (locus delicti) kriminalitas yang dialami dua warga Pasuruan bukanlah hal yang subtansial untuk diperdebatkan. “Ya, sama saja. Itu (tempat kejadian) bukan hal yang penting. Hal yang penting adalah rasa aman dan nyaman dimanapun tempatnya,” ungkap Nanang kepada Radar Lamsel. Dia mengajak semua elemensi yang ada di Lamsel bisa menjadikan peristiwa itu sebagai pelajaran dan menjadi perhatian bersama. Terlepas di luar atau didalam lokasi rest area Masjid Kubah Intan Kalianda yang menjadi perdebatan. Sebab, keberadaan aparatur pemerintah maupun aparat penegak hukum salah satunya adalah menjamin rasa aman dan nyaman bagi masyarakatnya. “Kita tidak perlu ribut-ribut dan berdebat dimana lokasi penodongannya. Yang jelas, ini terjadi di Kota Kalianda. Kalau sudah begini kondisinya, gimana langkah kita kedepan. Jangankan menjamu tamu yang datang (wisatawan), menjaga tuan rumah (masyarakat) saja kita tak bisa,” sindir Nanang. Ardian, paman korban juga mengklarifikasi soal kejadian penodongan yang dialami keponakannya. Dia membenarkan jika lokasi penodongan tepat berada didepan gerbang barat Masjid Kubah Intan Kalianda. “Memang bukan di dalam lokasi Masjid. Tetapi, masih tepat berada di depan gerbang masjid. Apa tidak sama saja masih di lokasi Masjid Kubah Intan?,” kata Ardian melalui sambungan telepon. Sebelumnya diberitakan, keamanan Kota Kalianda sungguh memprihatinkan. Jangankan ditempat sepi, dipusat keramaian sekelas taman dan rest area Masjid Agung Kubah Intan Kalianda pun rawan tindak kriminalitas. Padahal lokasi yang sudah disulap Pemkab Lamsel menjadi tempat yang refresentatif bagi siapa saja yang datang ini mulai digandrungi kaulamuda. Ya, nasib buruk menimpa Alan (18) dan Akil (18) warga Desa Pasuruan, Kecamatan Penengahan. Dilokasi yang menjadi pusat peribadatan dan keramaian itu mereka ditodong para pelaku kriminalitas, Sabtu (25/3) sekira pukul 22.00 WIB. Lantaran tak berdaya akan keselamatan jiwa para pemuda yang sekolah SMAN 1 Penengahan ini terpaksa menyerahkan dua handphone android dan kamera digital single lens reflex (DLSR) Canon 600D. (idh)Sumber: