Feedback, Museum Masuk Desa
SIDOMULYO – Upaya pihak Museum Lampung untuk mendapat feedback dari peserta ‘Museum Masuk Desa’ terus dilakukan. Pengenalan jati diri bangsa melaui museum hingga pemutaran film nasional jadi materi penggugah rasa kepemilikan terhadap tanah air. Terakhir, lawatan museum masuk desa untuk wilayah Lamsel bermuara di Kecamatan Sidomulyo. Ratusan peserta dari berbagai kalangan memadati acara yang memaparkan serta memamerkan berbagai koleksi barang-barang khas museum. Sebelumnya Kecamatan Rajabasa, Palas, dan Tanjung Bintang sudah lebih dulu disatroni pihak Museum Lampung. Kepala Seksi Pelayanan Museum Provinsi Lampung Budi mengatakan gerakan ini merupakan Gerakan Nasioanal Cinta Museum (GNCM) sesuai PP nomor 66 tahun tentang permuseuman. “Ini sudah masuk dalam gerakan nasional, sebagai wadah dan sarana pengenalan jati diri bangsa melalui museum,” kata Budi di GSG Betik Hati Kecamatan Sidomulyo, Minggu (16/4) kemarin. Dari hasil lawatan tersebut, Budi memastikan jika para peserta yang ikut andil dalam acara Museum Masuk Desa diharapkan feedback dalam kunjungan ke museum. “Untuk peserta yang hadir pada gerakan ini kami persilahkan masuk museum tanpa dipungut biaya, karena memang tujuan kami untuk menunjukan kekayaan budaya Lampung,” kata Budi. Selain pemaparan barang-barang koleksi museum kata Budi, program yang tak kalah menarik untuk mendapat perhatian anak muda adalah pemutaran film nasional. Pemutaran film yang terkandung penguatan karekter bangsa seperti Jendral Kanci, Tiga Sekawan. Lima Santir hingg Sepatu Dahlan masuk dalam nominasi pemutaran film Museum Masuk Desa. “Tujuan dari pemutaran film itu merupakan salah satu cara, untuk menarik minat anak-anak bangsa untuk dapat mengunjungi museum. Karena di museum sejarah tumpah ruah,” paparnya. Lebih lanjut Budi juga mendorong pihak-pihak yang ingin mengembangkan museum di daerah-daerah. Sebab, dewasa ini museum boleh dikelola oleh perorangan, swasta, hingga kelompok adat. “Bagi perorangan yang berkeinginan mendirikan museum akan kami bantu,” imbuhnya. Bantuan seperti apa? Budi menjawab, tentunya mendirikan museum memiliki persyaratan dan ketentuan yang harus dipenuhi. Mulai dari Sumberdaya Manusia, Barang-barang koleksi, tempat hingga pengelola haru dipenuhi. “Kalau kriteria tersebut sudah dipenuhi, soal peraturan serta perealisasiannya akan kami bantu dengan senang hati. Baik dari perorangan maupun masyarakat adat yang ingin menjaga kelestarian sejarah Lampung,” tandasnya. Pantauan Radar Lamsel koleksi yang diusung pihak museum dari berbagai daerah yang ada di Lampung. Mulai dari Tupping khas Lamsel, Belincung Lonjong, Bejana pada zaman pra sejarah, Lakkai tas budaya asal Pesisir Barat, hinga buku kulit kayu dipamerkan di Museum Masuk Desa. (ver)
Sumber: