Indikasi Gangguan Jiwa Menguat, Pernah Ingin Membenturkan Bayinya ke Dinding
Beti Selvia Ningsih (23) adalah si ratu tega. Dia menggorok leher buah hatinya Revan Adi Wijaya (1) hingga tewas. Belum jelas apa yang menyebabkan perbuatan biadab itu. Namun sebelum kasus itu terjadi, banyak kejanggalan yang diungkap warga sekitar terkait tingkah laku sang ibu dalam kesehariannya. Laporan VERI DIAL ARIYATAMA, KATIBUNG “Sebuas-buasnya harimau tidak akan membinasakan anaknya sendiri”. Pribahasa itu ternyata tidak berlaku bagi Beti Selvia (23) yang tega menghabisi darah dagingnya sendiri. Ya, Revan Adi Wijaya (1) balita asal Dusun Rangai Barat, Desa Rangai Tri Tunggal tewas akibat luka gorokan pisau ditangan sang ibu. Tragedi berdarah itu terjadi pada Kamis (14/4) pukul 22.00 WIB. Kasus tersebut memunculkan spekulasi yang terus berkembang. Mulai dari sang ibu yang mendapatkan gangguan mahluk halus, gangguan jiwa hingga merembet pada keangkeran rumah yang terus berhembus kuat ditengah masyarakat RT 002/RW 011. Namun indikasi yang menguat saat ini bahwa Silvia, sang ibu juga pernah kedapatan menenteng kaki sang anak dengan posisi kepala dibawah serta nyaris membenturkan kepala Revan didinding rumah sebelum akhirnya ditegur oleh Salma (42), tetangganya. Salma memang tetangga yang akrab dengan Selvia. Dia mengaku kaget dengan peristiwa pembunuhan tersebut. Pasalnya sebelum terjadi pembunuhan, Selvia dan anaknya sempat berbincang dengan ibu-ibu RT 011 di pekarangan rumah. “Siang hari sekitar pukul 14.00 WIB, sempat menggendong anaknya dan ngobrol bersama ibu-ibu disini,” kata Salma. Salma menuturkan, saat itu memang raut wajah Selvia tampak pucat. Dengan tatapan kosong, seperti biasanya. Ya, meski berbaur dengan tetangganya, sosok Selvia dikenal punya tatapan kosong yang khas. “Ketika saya tanya kenapa wajahnya pucat, dia (Selvia red) membenarkan kalau sedang tidak enak badan,” kata Salma menjelaskan. Pasca kejadian itu sambung Salma, barulah warga menyadari jika Silvia pernah kedapatan menenteng kaki anaknya. Dengan posisi kaki sang anak berada diatas dan kepala berada dibawah sedang membenturkan tubuh anaknya di dinding rumah. “Saya kira itu main-main, karena Revan tidak teriak waktu itu tapi langsung saya tegur. Wajah Silvia pucat dengan tatapan kosong,” ujar ibu paruh baya ini. Iwan (38), warga RT 011 yang sering menggendong Revan mengatakan, sebelum korban meninggal pada Siang harinya Iwan sempat memberikan hadiah kepada Revan berupa dua setel baju. Mendapat hadiah tersebut korban berjalan meninggalkan kerumunan warga dan melambaikan tangan kepada Iwan. “Setelah saya berikan dua setel baju, korban melambaikan tangan kepada saya, baru kali itu Revan melambai tangan pada saya dan baju itu pula yang dikenakan Revan saat meregang nyawa,” terang Iwan. Ketua RT/RW 002/011 Herman (48) mengatakan, rumah tempat terjadinya tragedi berdarah itu dihuni oleh empat orang. Yakni Andre (28) ayah korban, Beti Selvia Ningsih, Revan Adi Wijaya dan Deni (25) sepupu dari Andre yang juga tinggal satu atap dengan keluarga kecil tersebut. Dikatakan Herman, saat kejadian berlangsung, posisi Andre dan Deni sedang berbincang dibelakang rumah kayu yang berdiri tepat diatas laut. Sementara Selvia berada didalam kamar dengan korban. Mendengar ada teriakan yang mencurigakan dari dalam kamar, ayah korban langsung masuk kedalam kamar untuk melihat apa yang terjadi. Setibanya dikamar berukuran 2x3 itu sambung Herman, Ayah korban berteriak histeris mendapati anaknya sudah bersimbah darah dengan kondisi leher terdapat bekas luka sayatan. Mengetahui ponakannya bersimbah darah, Deni berusaha meminta pertolongan kepada warga sekitar. “Begitu kami masuk, ayah korban sudah membungkus leher korban dan memeluk erat putranya. Sementara Selvia langsung diamankan oleh warga,” kata Herman kepada Radar Lamsel. Pisau yang digunakan Selvia untuk menghabisi puteranya itu sempat dibuang dibuang kedasar laut, sebelum akhirnya berhasil ditemukan oleh warga. Kemudian diserahkan ke pihak yeng berwajib. Sementara dimata warga, sosok Selvia dikenal rajin ibadah bahkan puasa Senin – Kamis pun tak ditinggalkan. Sontak saja, warga tercengang dan tak menyangka jika Selvia tega menghabisi anak semata wayangnya. Hingga berita ini diturunkan rumah kecil saksi bisu terjadinya pembantaian Balita itu dalam keadaan terkunci. Seluruh keluarga korban pulang ke Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran. Jenazah korban pun sudah dikebumikan di Padang Cermin sesuai permintaan keluarga korban. Sementara Selvia hingga kini masih berada di Mapolsek Tanjungan untuk diperiksa lebih lanjut. Saat dilempari pertanyaan oleh Radar Lamsel, Selvia hanya tertunduk lesu dan sesekali menjawab. “ Ada bisikan, ada bisikan, ada bisikan,” ujarnya berulang-ulang. Camat Katibung Hendra Jaya, S.Sos angkat bicara soal tindakan yang membabibuta itu. Jika diamati secara seksama, Hendra Mengatakan tindakan tersebut jauh diluar akal sehat manusia. “Saya amat prihatin dengan keadaan yang terjadi. Ini menginstruksikan orang tua agar lebih memperhatikan buah hati agar tidak terjadi hal serupa,” tandasnya. (*)
Sumber: