Soroti Maraknya Penodong Bersenpi
CANDIPURO – Maraknya pelaku pencurian kendaraan bermotor (Curanmor) dengan cara menodongkan senjata api (Senpi) disejumlah wilayah di Lamsel menuai sorotan. Pasalnya, korban penodongan bukan hanya merugi dari segi materil tapi juga keselamatan nyawa jadi taruhan korban. Ya, belakangan tindak-tanduk pelaku kejahatan bersenjata api kembali meresahkan warga. Korban tak dapat berbuat banyak saat ditodong. Mereka lebih realistis merelakan kendaraan atau barangnya dirampas dari pada bertindak konyol dengan melakukan perlawanan. Salah-salah nyawa juga ikut melayang ‘di dor’ oleh bandit bersenpi. Di Kecamatan Candipuro misalnya. Turiman (53) warga Bumij Jaya Kecamatan Candipuro terpaksa merelakan Honda Beat Nopol BE 4018 DV warna putih usai ditodong senjata api (senpi) oleh dua kawanan penodong. “Sempat ingin melawan, tapi saya takut karena ditodong pakai pistol,” ujar Turiman. Saiful Anwar (40), tokoh masyarakat Candipuro pun berkomentar melihat maraknya penodongan yang terjadi. Sebab bukan kali pertama aksi penodongan baik ditengah jalan, didalam rumah hingga di ladang. “Tak ada jaminan keselamatan terhadap warga, yang ada seperti ancaman saja,” kata dia kepada Radar Lamsel, Rabu (14/6). Anggota Komisi C DPRD Lamsel asal Desa Beringin Kencana, Kecamatan Candipuro ini mengaku miris dengan persoalan klasik yang kerap menimpa warga. Terlebih Candipuro sebagai kampung halamannya seolah menjadi ladang empuk bagi kawanan bandit bersenpi. “Sudah sering kami sarankan agar pemetaan dilakukan oleh aparat kepolisian,” paparnya. Pemetaan yang dimaksud Saiful adalah memfokuskan wilayah yang rawan aksi kejahatan, baik itu pencurian dengan pemberatan (curat) pencurian dengan kekerasan (curas) maupun pencurian kendaraan bermotor (curanmor). Jika sudah dipetakan juga harus continue agar masyarakat merasa aman ketika berada dimanapun. “Ini sebagai respon terhadap aksi penodongan yang terjadi, sudah bukan rahasia umum kalau Candipuro sering jadi sasaran pelaku penodongan bukan hanya faktor geografis yang berdekatan dengan Lampung Timur, namun akar permasalahannya memang belum dicabut,” paparnya. Lebih lanjut Saiful menuturkan, yang menjadi sorotan bukan hanya korban. Tapi bagaimana dengan mudahnya pelaku kejahatan menggukan senjata api rakitan, sementara peralawanan yang dilakukan korban terhadap pelaku adalah tindakan konyol. “Kalau melawan bisa di dor, akibatnya psikis dan mental korban juga ikut diserang,” ujar Saiful Anwar. Oleh sebab itu pemetaan terhadap wilayah rawan dengan tiga kategori yang dimaksud Saiful mesti dipertimbangkan oleh Kepolisian. Jika tak ingin jatuh korban dari tindak penodongan yang amat meresahkan warga. “Memang perlu tindakan ekstra mengentaskan persoalan semacam ini, masukan seperti pembentukan satgas anti begal, pengadaan pos perbatasan adalah respon yang positif,” tandasnya. (ver)
Sumber: