Bertaruh Uang dan Gengsi Antar Bengkel, Riders Jalanan Berharap Ada Lintasan yang Dibangun
Melihat Dari Dekat Aksi Balapan Liar di Kota Kalianda (bagian 2)
Setiap Sabtu malam kawasan kompleks perkantoran Pemkab Lamsel dan Masjid Agung Kubah Intan bak lapangan yang dipenuhi motor. Ada yang sekedar nongkrong-nongkrong, ada juga yang kebut-kebutan di jalan. Laporan RANDI PRATAMA, KALIANDA BALAPAN liar yang dilakukan kaula muda di Kota Kalianda ternyata bukan hanya untuk menyalurkan hobi para riders jalanan. Pengakuan salah seorang joki balap liar menyebutkan bahwa drag race itu digelar sebagai gengsi antar bengkel. Yang menang akan dianggap sebagai bengkel yang hebat. Sedangkan yang kalah akan dianggap sebagai pecundang. “Itu pasti, nama bengkel selalu dipertaruhkan disetiap balapan. Jika menang, kita akan diakui hebat oleh bengkel lain. Begitu pula sebaliknya. Sangat sepele memang, tapi setidaknya kami tidak menjadi pesakitan diajang yang kami yang gemari ini,” ungkap Li kepada Radar Lamsel. Hal senada juga diungkapkan oleh drag racer lainnya AM (26). Selain mempertaruhkan nama bengkel, dia tidak memungkiri bahwa dalam setiap sesinya drag race juga mempertaruhkan uang. Seluruh anggota bengkel, kata dia, diwajibkan berpartisipasi untuk menyumbang besaran uang sebagai tanda solidaritas antar anggota bengkel yang menaungi para riders jalanan ini. Taruhan yang diberlakukan dalam setiap balapan memiliki nominal berbeda. Tergantung dari kesepakatan perundingan diawal. “Ya, tergantung dari kesepakatan. Tapi taruhan disini masih terbilang standar. Hanya Rp 1 juta hingga Rp 2 juta per sekali balap,” katanya. Menurut AM, jumlah taruhan drag race di Kalianda memang masih terbilang standar. Tetapi cara mencari taruhan itu dianggap dilakukan dengan cara yang buta. Sebab, lawan hanya melihat motor yang dianggap kencang saja, tanpa melihat kekuatannya terlebih dahulu. “Kekuatan CC motor tidak dijadikan patokan, biasanya lawan akan melihat motor kita dulu. Kencang atau tidak?, kalau mereka menganggap kencang, kita pasti diajak berunding,” ungkapnya. AM menuturkan, anak-anak drag yang menggelar race di Kalianda sebenarnya jangan sepenuhnya disalahkan. Menurutnya, anak-anak drag hanya ingin mengeluarkan adrenalin mereka di lintasan balap. “Walau sebenarnya itu salah, saya juga mengakui itu,” katanya. Sebagai orang yang gemar drag race, AM menginginkan adanya sedikit perhatian dari pemerintah untuk anak-anak drag race. Paling tidak menyediakan tempat atau fasilitas jalan yang mulus khusus para riders menyalurkan hobi. “Kami berharap pemerintah bisa sedikit memperhatikan kami yang gemar di olahraga ini. Dengan menyiapkan tempat khusus trek drag race akan membuat kami tidak akan bermain dijalan lagi,” pungkasnya. (bersambung)Sumber: