TKS Ketapang Minta Pemosting Minta Maaf
Posting Laporan Berlebihan tanpa Klarifikasi di Facebook
KALIANDA – Perasaan I Wayan Sumanata (29) masih berkecamuk saat datang ke Graha Pena Lamsel, Kamis (6/7) kemarin. Perawat yang berstatus tenaga kerja sukarela (TKS) di Puskesmas Rawat Inap (PRI) Ketapang ini, masih tak menyangka jika waktu istirahat saat menjaga posko mudik lebaran di rest area Masjid Agung Kubah Intan menjadi masalah. Saat istirahat itu, Wayan memang menggunakan waktunya untuk makan malam bersama keluarganya. Namun siapa disangka dia yang membawa mobil ambulans Puskesmas ke tempat makan menjadi pemicu persoalan yang dilaporkan ke Bupati Lampung Selatan H. Zainudin Hasan. Itu akibat ulah salah seorang warga bernama M. Amir Syarifudin. Tanpa babibu dia memfoto kendaraan puskesmas dan keluarga Wayan, lantas melaporkannya kepada Zainudin. Bahkan dia juga memposting laporan tersebut didinding facebook Zainudin Hasan. “Mau nanya pak? Apakah boleh mobil ambulan dipakai untuk makan malam dengan anak isteri? Kendaraan milik UPT Puskesmas Ketapang sedangkan makannya di Kalianda. Karena setahu saya ambulan itu harus standby dan digunakan saat darurat dan kegiatan sosial saja. Kalau mau foto pengemudi dan keluarganya saya punya,” begitu tulisan M. Amir Syarifudin. Tak sampai disitu. Warga tersebut juga menyarankan agar Bupati Lamsel H. Zainudin Hasan memberi teguran kepada TKS yang bersangkutan dengan menyampaikan foto makan keluarga TKS ke pesan whatapps Zainudin Hasan. Atas adanya postingan yang berbau laporan itu, I Wayan Sumanata berkeberatan. Terlebih lagi, tindakan itu disampaikan tanpa adanya klarifikasi terlebih dahulu. “Harusnya kan ditanya dulu. Saya sebenarnya sudah curiga saat dia main jeprat-jepret tanpa basa basi. Rupanya ini (laporan) yang dilakukannya,” sesal Wayan kepada Pemimpin Redaksi Radar Lamsel Edwin Apriandi di Graha Pena Lamsel –markas Harian Radar Lamsel, kemarin. Saat warga tersebut mengambil gambar, Wayan sebenarnya sudah sangat risih. Sebab, dia juga memfoto keluarganya yang sedang makan di rumah makan tersebut. “Terus terang itu perbuatan yang tidak menyenangkan secara pribadi. Bisa saya laporkan ke polisi dengan tuduhan perbuatan tidak menyenangkan,” ucap Wayan. Wayan meyakini apa yang dia lakukan bersama keluarganya bukan sebuah persoalan yang krusial. Terlebih dirinya memang sedang menjalankan tugas menjaga posko mudik di rest area Masjid Agung selama 24 jam. Wayan lantas menceritakan kronologis peristiwa itu. Menurutnya, Sabtu (1/7) dia mendapat tugas menjaga posko mudik lebaran di rest area Masjid Agung Kubah Intan selama 24 Jam. Tepat pukul 08.00 WIB pagi, dia berjaga diposko tersebut. Nah, sekitar pukul 18.00 WIB, anak dan isterinya datang ke posko ikut berjaga. Selanjutnya pada pukul 20.00 WIB, dia bersama anak isterinya makan malam di ayam penyet yang berada dibilangan Jl. Kesuma Bangsa. Saat itu waktu beristirahat. “Saya pakai mobil ambulan itu karena sebagai upaya agar kendaraan tetap standby. Khawatirnya saat saya sedang makan, ada kejadian yang membutuhkan mobil ambulan. Karena memang saya sopirnya, jadi kan bisa segera mungkin datang. Setelah makan ya, saya tugas jaga lagi sampai Minggu (2/7) pukul 08.00 WIB,” ungkap Wayan. Namun siapa disangka makan malam bersama keluarga yang dilakukan ditengah-tengah dedikasinya menjaga posko berbuah masalah. “Warga itu tidak makan. Sepertinya dia membeli makan dengan membungkus. Saat menunggu makanan dibungkus, dia jeprat-jepret. Setelah itu pergi. Saya nggak tau kalau ternyata dilaporkan ke bupati,” ungkap dia. Karena tindakan pelaporan yang dilakukan warga Ragom Mufakat I itu, Wayan semakin geram. Dia merasa apa yang telah dilakukannya tak seimbang dengan apa yang dia dapat. Sebab, bukan penghasilan yang layak yang dia terima saat menjaga posko, tapi malah tuduhan yang tanpa klarifikasi dari salah seorang warga yang belakangan dikenal berprofesi sebagai wartawan yang dinilai Wayan tak memiliki kredibelitas. “Ini perbuatan yang tidak menyenangkan. Saya dan keluarga merasa mendapat tuduhan yang tak semestinya. Saya minta yang bersangkutan meminta maaf. Kepada saya, kepada keluarga saya dan kepada institusi saya,” ungkap Wayan. Persoalan ini rupanya mendapat perhatian anggota DPRD Lampung Selatan Ahmad Johani. Politisi PDI Perjuangan ini bahkan sempat mengomentari status laporan yang disampaikan salah seorang warga tersebut di jejaring sosial facebook. Kepada Radar Lamsel di gedung DPRD Lamsel kemarin, Johani juga membicarakan persoalan itu. “Ya, memang agak sedikit berlebihan, ya. Masak begitu saja dilaporkan. Lebay juga, yang begitu saja kok jadi ribut. Padahal banyak persoalan lainnya yang menjadi sorotan,” ungkap Johani. Dia berharap kasus tersebut menjadi pelajaran semua pihak. Khususnya para wartawan agar bisa mengedepankan keberimbangan dalam setiap pemberitaan. Termasuk menjaga kredibelitas sebagai salah satu pilar demokrasi di negara ini. “Harus cover both side (berimbang) lah ya. Kalau begini kan malu kita,” pungkas Johani. Sementara itu, M. Amir Syarifudin mengakui postingan dilakukannya. Dia juga mengaku bahwa niatnya memfoto lantaran melihat kendaraan ambulans dari Kecamatan Ketapang digunakan untuk makan malam bersama keluarga. “Ya, saya mengalir saja. Ada seorang teman melihat mobil ambulans sedang parkir digunakan untuk makam malam jadi saya foto. Hanya saya memang tidak mengklarifikasi setelah memfoto,” ungkap Amir kepada Radar Lamsel. Mengenai permintaan maaf kepada TKS, Amir dengan gentle siap untuk meminta maaf. Bahkan, kata Amir, dia juga sudah dipanggil pihak Diskes Lampung Selatan terkait persoalan itu. “Saya siap minta maaf kalau saya memang salah. Besok (hari ini’red), kalau saya dipanggil lagi ke dinas terkait hal ini saya akan minta maaf,” pungkas Amir. (edw)Sumber: