85 Rumah Rusak, Kerugian Capai Rp 1 Miliar

Siklon Tropis Dahlia Hantam Lamsel
KALIANDA – Cuaca ekstrem serta gelombang pasang yang melanda Selat Sunda pekan lalu menjadi musibah terbesar di Kabupaten Lampung Selatan di penghujung tahun 2017 ini. Kerugian material akibat dihantam Siklon Tropis Dahlia yang dialami warga pesisir pantai mencapai miliaran rupiah. Berdasarkan data yang dihimpun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lamsel, total kerugian warga yang mencapai Rp1 Miliar ini terdiri dari 85 rumah tinggal yang rusak serta beberapa fasilitas umum di wilayah Kecatan Katibung dan Rajabasa. Kepala BPBD Lamsel Drs. M. Darmawan, MM merincikan, 85 rumah rusak akibat dihantam gelombang pasang itu terbagi menjadi tiga kelas. Yang paling parah, adalah di Desa Rangai Tri Tunggal, Kecamatan Katibung yakni 14 rumah beserta sebagian isinya hanyut terhempas ombak pasang, 5 rumah rusak berat, 59 rumah lainnya rusak ringan. “Ditambah lagi beberapa fasilitas umum (fasum) berupa jalan menuju ke rumah warga juga hanyut serta saluran air bersih ikut terseret ombak. Sementara di wilayah Kecamatan Rajabasa yakni Desa Rajabasa, Way Muli dan Kunjir hanya 7 rumah yang mengalami rusak ringan dan sedang ditambah dengan fasum berupa pondokan pariwisata. Kerugiannya di taksir mencapai Rp1 Miliar,” terang Darmawan kepada Radar Lamsel melalui sambungan telepon, kemarin. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk membantu warganya dari musibah tersebut. Selain memberikan bantuan tanggap darurat berupa sembako, bahan makanan, fasilitas air bersih dan tenda pengungsian, BPBD juga telah mengajukan permohonan anggaran dana tanggap darurat untuk memperbaiki seluruh rumah warga yang rusak dan fasum. “Besok (hari ini’red), proposalnya akan langsung kami sampaikan kepada Bupati Lamsel. Mudah-mudahan, bisa langsung di tandatangani dan disetujui oleh beliau. Kami mengajukan permohonan dana tanggap darurat dengan nilai sesuai rincian yang telah kami buat berdasarkan laporan dari pihak desa melalui kecamatan,” katanya. Lebih lanjut Darmawan mengatakan, petugas BPBD Lamsel juga masih disiagakan di Desa Rangai Tri Tunggal untuk membantu warga memperbaiki sejumlah fasum. Selain itu, tenda pengungsian untuk menampung 14 kepala keluarga (KK) yang rumahnya hanyut terbawa gelombang pasang. “Stok air bersih di mobil tanki juga kami siapkan di lokasi. Dapur umum juga tersedia untuk mencukupi kebutuhan pangan masyarakat yang terkena musibah. Hari ini (kemarin’red), aktifitas masyarakat mulai normal dan mereka membersihkan dan merapikan rumah nya masing-masing,” lanjutnya. Berdasarkan informasi yang diperoleh BPBD dari BMKG, imbuhnya, saat ini badai Dahlia telah menjauhi perairan laut Selat Sunda. “Mudah-mudahan cuaca mulai membaik seperti yang diperkirakan oleh BMKG,” tukasnya. Terpisah, Kepala BPKAD Lamsel Dra. Intji Indriati memastikan, anggaran dana tanggap darurat siap di dalam kas daerah (kasda). Bahkan, dirinya telah melakukan koordinasi dengan BPBD Lamsel untuk segera menyampaikan proposal bencana tersebut ke Bupati Lamsel hari ini. “Kalau total dana tanggap darurat saya tidak hafal, ada di catatan kantor. Tetapi yang jelas dana nya siap kita kucurkan besok apabila sudah ditandatangani atau di setujui oleh Pak Bupati,” pungkas Intji. Pengungsi Kesulitan MCK Hingga hari keempat pasca gelombang pasang akibat Siklon Tropis Dahlia menghantam hunian kampung nelayan Rangai Barat, Desa Rangai Tri Tunggal, Kecamatan Katibung, pengungsi masih bertahan di posko pengungsian. Sementara untuk Mandi, Cuci dan Kakus (MCK) pengungsi masih kesulitan. Madhari (50), warga yang kehilangan rumahnya akibat tersapu ombak menuturkan, sampai hari keempat posko pengungsian terus bertambah jumlahnya. Sebab kata dia hari pertama dan kedua korban pengungsian masih menumpang dirumah-rumah warga. “Kemarin memang posko belum terlalu ramai, tapi sekarang mulai bertambah karena yang sebelumnya tinggal dirumah-rumah warga sudah mulai berpindah ke posko. Sayangnya warga kesulitan soal MCK,” kata dia kepada wartawan koran ini, Minggu (3/12) kemarin. Kepala BPBD Lamsel Darmawan mengunjungi para pengungsi di Rangai Barat mengatakan hingga saat ini hanya timnya yang masih bertahan di posko pengungsian. Sementara Taruna Siaga Bencana (Tagana) dari Kemensos sudah meninggalkan lokasi pengungsian. “Ya, kami akan coba berkoordinasi soal MCK, oleh sebab itu kami terus melakukan pemantauan di posko pengungsian. Tim tidak akan kami cabut sebelum ada instruksi dari pimpinan,” kata dia di Desa Rangai Tri Tunggal, sore kemarin. Kerusakan terparah menimpa keluarga pra sejahtera. Atau bisa dikatakan bangunan yang tersapu ombak terbuat dari geribik dan kayu, sehingga mudah dihempas gelombang besar,” sebutnya. Hal senada dikatakan Camat Katibung Sabilal, hingga hari keempat situasi alam berjalan normal. Meski para pengungsi belum sama sekali melakukan perbaikan rumah-rumah rusak terhempas ombak. “Sementara ini kami fokus melakukan pendataan, sementara bantuan logistik hingga hari keempat masih mencukupi. Hanya memang belum ada MCK,” sebut dia. Pantauan wartawan koran ini usai Tagana dari Kemensos meninggalkan lokasi pengungsian karena waktu yang ditetapkan, bala bantuan kembali datang. Kali ini dari Palang Merah Indonesia (PMI) yang menjadi relawan di posko pengungsian. (idh/ver)Sumber: