Harga Jagung Turun, Petani Mengeluh

Harga Jagung Turun, Petani Mengeluh

PENENGAHAN – Turunnya harga jagung menjadi kabar buruk bagi petani dikecamatan Penengahan. Saat ini, harga jagung basah ditingkat petani bertengger diangka Rp 1.800 hingga Rp 1.900 perkilogram. Sementara harga jagung kering ditingkat petani berkisar diangka Rp 3.000 hingga Rp 3.300 perkilogram. Sebelum penurunan, harga jagung basah  berkisar Rp 2.300 perkilogram. Akibat penurunan harga ini, para petani mengklaim mereka memperoleh pendapatan yang tak memuaskan. Petani menganggap hasil yang diperoleh akibat harga jagung yang mengalami penuruan harga hingga Rp 400 membuat mereka mendapatkan keuntungan yang tipis. “Kalau hasil sesuai, harganya yang enggak sesuai. Rugi juga enggak, tapi untungnya yang tipis,” kata Warman (45) petani jagung asal Penengahan kepada Radar Lamsel, Selasa (6/2) kemarin. Menurutnya, meski harga jagung kering memiliki harga yang cukup lumayan, rata-rata petani lebih memilih menjual jagung dengan kondisi basah. “Jarang, kalau kering itu bobotnya nyusut. Kering juga butuh banyak proses, untungnya juga cuma beda tipis sama jagung basah,” terangnya. Hal senada juga diungkapkan M. Rozi (52). Ia mengatakan musim panen jagung kali ini memang tidak sesuai dengan yang diharapkan para petani. Pasalnya, penuruan harga yang mencapai Rp 400 dianggap membuat petani tidak bisa menikmati hasil panen dengan sepenuhnya. “Pokoknya kalau begini, petani nangis,” keluhnya. Ia juga mnegutarakan alasan petani tidak menjual jagung dalam kondisi kering, ini terjadi karena petani tidak memiliki fasilitas yang memadai untuk melakukan proses penjemuran. “Harga kering jarang petani yang jual, kendalanya kami kesulitan mencari lokasi jemur dan gudang penyimpanan,” katanya. Ketua KTNA (Kontak Tani Nelayan Andalan) Kecamatan Penengahan Ahmad Widodo menyayangkan petani dan kelompok tani yang tak memiliki lahan penjemuran. Menurut Widodo, andai petani atau kelompok tani memiliki gudang jagung dan lantai jemur, serta alat yang bisa mengeringkan jagung, maka petani akan mendapat kesempatan untuk memperoleh keuntungan yang memuaskan. “Setidaknya petani bisa menjual jagung kering, petani juga punya kesempatan menunggu harga kembali normal kalau punya gudang penyimpanan,” terangnya. Ia berharap, kondisi seperti ini bisa menjadi membuat pemerintah lebih memperhatikan para petani jagung, salah satunya dengan menyediakan gudang penyimpanan dan lokasi penjemuran jagung. “Itu yang menjadi harapannya, semoga kedepannya petani jagung bisa memiliki keperluan sarana dan prasarana yang dibutuhkan,” pungkasnya. (rnd)

Sumber: