Dijuluki Tiga Pendekar oleh KPU, LO LO LO Harus Tetap Kompak Pasca Pilkada

Menjadi leaison officer (LO) gampang-gampang susah. Terlebih LO pasangan calon yang bertarung pada pilkada Lamsel. Dibutuhkan skill dan kemampuan yang mumpuni untuk menjadi LO. Salah sekidit bisa kena damprat pasangan calon. Laporan EDWIN APRIANDI, KALIANDA PILKADA Lampung Selatan tinggal menunggu penetapan calon bupati dan wakil bupati terpilih. Ini setelah ada kepastian bahwa pilkada Lamsel tidak ada gugatan perselisihan hasil pemilihan umum (PHPU) di Mahkamah Konstitusi (MK). Hiruk pikuk pesta demokrasi lima tahunan itu pun segera berakhir. Pun demikian dengan tugas penghubung atau yang biasa disebut dengan leaison officer (LO). Banyak yang tidak tahu bahwa sukses pilkada Lampung Selatan tak terlepas dari para LO ini. Sebagai penghubung mereka kerap berkomunikasi dengan jajaran penyelenggara baik KPU maupun Panwas Pilkada. Utamanya dalam menentukan kebijakan tahapan dan jadwal penyelenggaraan pilkada Lampung Selatan. Sejak awal tahapan pilkada Lamsel tiga nama ini menjadi nge-hits dimedia lokal Kabupaten Lampung Selatan. Mereka adalah LO pasangan calon KH. Soleh Bajuri – Ahmad Ngadelan Jawawi (Baja) Sudarmono, LO pasangan calon H. Rycko Menoza – H. Eki Setyanto (Ko-Ki) Sosy Junaidi dan LO pasangan calon H. Zainudin Hasan – Nanang Ermanto (ZaiN), Agus Bhakti Nugroho (ABN). Selain mereka juga ada nama Syaiful Azzumar (LO KO-KI), Budi Setiawan (LO ZaiN) dan M. Rusli (LO Baja). Sejak itu juga perdebatan antara mereka tak pernah dielakkan disaat melakukan pembahasan agenda dan tahapan pilkada bersama-sama KPU maupun Panwas Pilkada. Bahkan, ditengah-tengah tensi politik pada pilkada Lamsel yang memanas, mereka tidak ikut-ikutan panas. Namun, perdebatan langsung mereda setelah adanya keputusan yang final. Seperti saat pembahasan jadwal dan pelaksanaan debat publik putaran ketiga pilkada. Agenda ini berulang kali dibahas antara LO, KPU dan Panwas Pilkada. Klimaksnya debat pun dibatalkan atas kesepakatan bersama. Karena peranan mereka yang begitu intens selama pilkada, KPU menjuluki tiga LO itu sebagai pendekar. Bahkan, Ketua KPU Lampung Selatan Muhammad Abdul Hafids mengapresiasi para LO dengan mengucapkan terima kasih atas kerja sama selama pilkada Lamsel. “Mereka ini tiga pendekar. Saya sangat apresiasi dan berterima kasih. Mereka juga menentukan suksesnya pilkada Lamsel,” sebut Hafids saat memberikan closing statment pada rapat pleno rekapitulasi perolehan suara hasil pilkada Lamsel di Grand Elty Krakatoa Nirwana Resort, Rabu (16/12). Kepada Radar Lamsel, LO Baja Sudarmono mengaku bersyukur pilkada Lamsel berakhir dengan demokratis. “Iya, yang namanya debat waktu menentukan agenda-agenda pilkada adalah hal yang biasa. Sesudahnya ya kami bercanda lagi. Kami kan hanya menjalankan tugas,” ungkap Sudarmono. Sudarmono mengakui menjadi LO memang gampang-gampang sudah. Kuncinya, kata dia, LO harus menjalani apa yang dikehendaki dan/atau atas perintah. “Ya, kalau saya atas perintah calon. Tidak ada yang lain. Masak ada yang lain,” ungkap dia sambil tertawa. Bagi Sudarmono menjadi LO bukan hal yang baru dipanggung politik Kabupaten Lampung Selatan. Pada pileg 9 April 2014 lalu, pria berperawakan kecil ini juga menjadi LO Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) saat itu. Tetapi, menjadi LO pasangan calon yang bertarung pada pilkada memang baru bagi pria yang memiliki dua orang anak ini. “Banyak pengalaman hidup yang bisa saya ambil. Utamanya mengenai politik,” sebut dia. Sudarmono mengaku enjoy menjalani tugas sebagai LO. Meski awalnya ia sempat diragukan. “Saya berterima kasih atas kepercayaan. Kalah menang bagi saya hal yang biasa dalam kompetisi,” ungkap Sudarmono legawa. Senada dikatakan LO Ko-Ki Sosy Junaidi. Kader Partai Demokrat ini juga mengaku bersyukur masih diberikan kepercayaan untuk menjadi LO. “Sudah menjadi hal yang biasa. Saya juga penghubung di Demokrat,” ungkap dia. Menurut Sosy, menjadi LO merupakan pekerjaan enteng jika dianggap enteng. Tetapi berat jika dianggap berat. “Semuanya harus on orders (atas perintah). Tidak boleh keluar dari perintah,” ungkap Sosy. Menurut Sosy, seorang LO khususnya pada kompetisi demokrasi harus memiliki skill dan pengetahuan mengenai rule of the game. “Yang paling penting harus bisa ngomong. Karena perdebatan pasti tidak bisa dielakkan. Kalau tidak bisa ngomong, bagaimana mau berdebat,” ungkap dia. Kepala Sekretariat DPC Partai Demokrat Lamsel ini juga mengaku legawa atas hasil pilkada Lamsel. “Kami merupakan bagian yang terkecil dalam pesta ini. Kalah menang bisa. Kan bisa lihat sendiri kami tetap kompak dan bersaudara,” ungkap Sosy. Bagi Sosy pandangan politik dalam setiap kompetisi pilkada juga merupakan hal yang lumrah dan wajar. Tetapi, tidak juga berbeda pandangan menjadikan silaturahim antara sesama manusia harus terputus. LO pasangan ZaiN, ABN juga mengungkapkan hal yang sama. Bagi dia, Sosy dan Sudarmono adalah pihak yang menjadi pemenang pada pilkada Lampung Selatan. “Tidak ada yang kalah dan yang menang pada pilkada. Pemenangnya adalah kita semua. Termasuk saudara saya dua LO yang telah bersama-sama selama pilkada Lamsel,” ungkap ABN. (*)
Sumber: