Pelaksana JTTS Terindikasi Mengulur Waktu

Pelaksana JTTS Terindikasi Mengulur Waktu

Janjikan Jalan Alternatif, Tapi Minim Realisasi

SIDOMULYO – Janji-janji pelaksana proyek Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) untuk pengadaan jalan alternatif dampak dari adanya jalan tol, dianggap sebatas kalimat penenang. Pelaksana proyek terkesan mengulur waktu. Sebab upaya warga dan pemerintah desa maupun kecamatan untuk menembuskan permohonan tersebut tak kunjung dijawab. Camat Sidomulyo Eko Irawan S.STP khawatir warga yang dijanjikan bakal kembali melayangkan protes. Mengingat deadline penyelesaian JTTS diketahui hingga November mendatang. “ Warga dijanji-janjikan saja. Ketika mulai protes pihak yang menerima kedangan warga menjanjikan dalam waktu dekat. Begitu terus,” kata Eko sapaan Eko Irawan kepada Radar Lamsel, Rabu (29/8) kemarin. Orang nomor satu di Sidomulyo menjelaskan pihaknya telah beberapa kali mendatangi kantor perwakilan PT. Waskita Karya untuk menagih janji jalan alternatif bagi warga. Sampai disana kata dia, tanya yang dibawa tak terjawab. “ Ketika ditanya, baik pihak WK maupun HK (Hutama Karya ‘red) terkesan saling lempar. Satu sisi diinstruksikan mengarahkan kesana satu sisi lagi mengarahkan kesini, sementara pimpinannya sukar ditembus warga,” jelasnya. Eko memaparkan, warga Sidomulyo sudah cukup kenyang menghirup debu dan berjalan pada jalan yang rusak. Belum lagi jalan utama yang tertutup JTTS yang menyebabkan akses dibeberapa titik tak dapat ditembus kendaraan. “ Kalaupun memang tidak bisa diselesaikan seyogianya jangan menghumbar janji. Kasihan masyarakat, jangan sampai stigma tentang jalan tol hanya menguntungkan kalangan atas menjadi kenyataan,” terangnya. Lebih lanjut Eko mengatakan pihaknya bakal membawa isu ini pada Rakorcam bulan depan. Sebab mengacu kalender, JTTS ditarget rampung November mendatang. “ Jangan sampai jalan-jalan rusak terbengkalai dan pelaksana proyek lepas tangan,” tegasnya. Pada bagian lain, Kepala Desa Sidowaluyo Haroni blak-blakan kepada Radar Lamsel. Ia mengaku sudah kenyang disatroni warga yang protes akibat jalan buntu dan debu yang bertebaran. “ Jadi kesannya, keberadaan jalan tol malah menimbulkan derita bagi masyarakat desa. pelaksana proyek tak tergugah sedikit pun melihat kondisi dilapangan, sangat kami sayangkan,” tandasnya. (ver)

Sumber: