Kerja Cerdas Petani! Sarwo Edi Pakai Aplikasi Urus Tanaman

Kerja Cerdas Petani! Sarwo Edi Pakai Aplikasi Urus Tanaman

KALIANDA  - Sarwo Edi (39) warga Kelurahan Way Lubuk, jadi orang pertama yang menerapkan aplikasi pada sistem pembibitan tanaman holtikultura di provinsi ini. Penerapan aplikasi berbasis android tersebut dimulai sejak 14 Desember 2017 silam. Keunggulannya, Sarwo sapaan akrabnya melesat jauh dengan metode-metode praktik yang diterapkannya. “Dulu memang sempat punya mimpi, kemudian ada pihak swasta yang membantu penerapan aplikasinya dan sampai saat ini berjalan sukses. Hasilnya tanaman holtikultura saat tiba masa buahnya bisa dipanen dua kali sehari,” ujar Sarwo kepada Radar Lamsel di kediamannya, Kelurahan Way Lubuk, Minggu (2/9) kemarin. Sarwo mengakui, sejauh ini baru dirinya yang menjadi pilot projek untuk fokus pembibitan tanaman cabai dan tomat menggunakan aplikasi. “ Di Indonesia baru ini untuk cabai dan tomat,” katanya. Keunggulan sistem kerja berbasis aplilaksi tersebut salah satunya memberi sinyal kepada pemilik gadget apabila tanaman perlu perhatian. Misalnya kata dia, ketika tanaman butuh air maka server akan mengirim pesan melalui WhatsApp. “ Kalau sudah ada tanda-tanda maka WhatsApp akan berbunyi, lalu tinggal masuk ke aplikasi dan tekan tombol siram. Atau tekan tombol lampu untuk menghangatkan tanaman,” urainya. Selain itu lanjutnya, dengan aplikasi tersebut petani tak usah lagi berspekulasi terkait serangan hama, takaran pupuk serta kondisi tanaman. Sebab semuanya telah diatur dan diprogram secara otomatis dalam aplikasi tersebut. “ Aplikasi ini dari Habibi Garden tidak ada namanya, sejauh iniada beberapa petani yang sudah datang belajar kesini soal jangka prospek jangka panjang tanaman holtikultura,” kata dia. Apabila sudah siap tanam, Sarwo mengatakan hasil tanaman yang dirawat oleh aplikasi tersebut terbilang moncer. Sebab saat musim panen tiba tanaman mulai dari cabai, tomat, dan melon bisa dipanen dua sampai lima hari sekali. “ Bicara hasil, sekali panen bisa sampai 5 ton per dua hari untuk tomat dan lima hari untuk cabai. Dua tanaman itu bisa panen 14 – 15 kali pada tenggat waktu tersebut. tinggal dikalkulasikan saja,” kata dia. Sarwo membuka pintu lebar-lebar bagi petani yang ingin berbagi ilmu darinya. Namun Sarwo tak setuju apabila petani hanya berharap kepada bantuan pemerintah. “ Itu kenapa petani kita masih banyak yang berkutat pada garis kemiskinan, karena memang tidak ada keinginan untuk survive. Kalau kendalanya modal, saya merintis tani dari lahan sewa seluas dua hektar pada 2007 silam,” kenangnya kala itu. Tak lupa Sarwo juga berbagi ilmu soal antisipasi ketika petani dihadapkan persoalan harga, pasalnya harga tidak bisa dikendalikan oleh petani. “ Siasatnya adalah berlakukan tumpang sari, jadi ketika satu produk sedang anjlok petani punya produk lain yang harganya stabil, otomatis biaya produksi bisa ditekan,” ujar petani yang sekali panen bisa untuk beli satu unit Toyota itu. Saat ini, suplai bibit tomat dan cabai ataupun hasil panen miliknya sukses masuk ke perusahaan bonafit macam indofood dan ABC. Belum lagi kapasitas pasarnya yang menyuplai daerah Lampung hingga luar Lampung. “ Saat ini sudah banyak kabupaten yang memesan bibit di Lamsel, karena memang baru satu-satunya di tanah air. Untuk sasaran pasar saya rasa petani tak perlu khawatir karena tanaman yang diawasi dengan cermat punya kualitas super,” tandasnya. (ver)

Sumber: