Petani Kakau Frustasi Atasi Serangan Hama PBK

Rabu 28-11-2018,08:24 WIB
Reporter : Redaksi
Editor : Redaksi

PENENGAHAN – Petani kakau di Desa Padan, Kecamatan Penengahan kebingungan mengatasi penyakit yang menyerang buah kakau. Pasalnya, berbagai upaya telah dilakukan untuk membasmi penyakit yang disebabkan oleh hama penggerek buah kakau (PBK) ini. Beragam cara dilakukan petani seperti menyemprot dan melakukan proses penyembuhan dengan mengaplikasikan pencegahan dengan menginfus pohon kakau. Namun sayang, cara yang diterapkan sejauh ini masih gagal. Penyakit yang disebabkan oleh hama penggerek buah kakau (PBK) ini telah menyerang tanaman kakau petani kurang lebih selama 4 tahun belakangan ini. Hama yang menyebabkan biji kakau menjadi hitam dan berlubang dianggap merugikan petani. “Kami sudah lakukan berbagai cara untuk mengatasi penyakit yang menyerang kakau, tetapi yang kami lakukan sia-sia. Belum ada perubahan,” kata Langga (28) kepada Radar Lamsel, Selasa (27/11/2018). Langga mengatakan bahwa petani kakau merasa frustasi dengan keadaan ini. Pasalnya, kondisi ini membuat petani merugi karena penurunan kualitas kakau yang buruk sehingga tak mendapat harga jual yang layak. Hal itu menyebabkan petani tak meraih keuntungan maksimal selama beberapa tahun terakhir. “Imbasnya kan ada di penjualan, kalau kualitasnya tidak bagus, harganya pasti berkurang. Apalagi sekarang ini harga kakau memang sudah menurun, ditambah ada penyakit ini, jadi penghasilan kami tidak sesuai,” katanya. Menurut Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) Kecamatan Penengahan, Syafruddin, proses penyembuhan dengan menyuntik pohon kakau butuh proses. Tetapi, kata dia, akan lebih baik jika petugas penyuluh lapangan turun dan melihat langsung melihat kondisi buah kakau yang terserang penyakit tersebut. “Itu lebih baik (penyuluh turun ke lapangan). Kalau sudah berbagai cara dilakukan dan penyakitnya masih, berarti dinas terkait memberi bantuan pestisida,” katanya. Syafruddin mengatakan, jika penyakit tersebut terinfeksi dari pentil buah kakau, maka proses penyembuhan itu akan sulit buah yang sudah terinfeksi tidak bisa dipulihkan lagi. Menurut dia, penggunaan obat-obatan juga akan sulit. Satu-satunya cara yang harus dilakukan adalah membuang eradikasi selektif sudah terkena serangan penyakit. Jika tingkat serangannya dibawah ambang pengendalian, Syafruddin mengatakan bahwa tidak perlu memakai pestisida. Begitu pula sebaliknya, kalau di atas ambang pengendalian maka petani harus memakai pestisida. “Kalau melihat tingkat serangannya harus (pakai pestisida), tapi kami (POPT) tidak bisa merekomendasikan karena kami bukan petugasnya. Baiknya, pihak terkait harus segera mersepons dengan turun ke lapangan,” katanya. Menurut Syafruddin, hal dasar yang harus diubah adalah perilaku petani secara budidaya. Syafruddin mencontohkan, dulu petani tanaman pangan dan hortikultura sering mengalami serangan hama dengan tingkat yang sangat tinggi. Tetapi, kondisi itu berangsur membaik karena petani tidak konvensional seperti kebiasaan sebelumnya. “Sudah berkurang, karena petani sudah menerapkan budidaya tanaman sehat,” katanya. (rnd)

Tags :
Kategori :

Terkait