PALAS – Sore itu, Kasmirah (45) warga Dusun Solo, Desa Tanjungsari, Kecamatan Palas nampak fokus duduk didepan pampang tekang. Jemari nampak gapah menyulam benang emas membentuk motif gunung pada permukaan kain tenun. Meski memiliki darah jawa tulen, bukan menjadi alasan baginya untuk tidak mencintai kain tapis. Justru menjadi kebanggaan tersendiri baginya bisa membuat kain tapis Lampung. Bahkan menyulam kain tapis sudah dilakoni sejak beranjak remaja di kampung kelahirannya, Desa Simbaritno, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran. “Saya merasa bangga, dengan darah jawa tulen namun bisa ikut melestarikan budaya masyarakat Lampung dengan membuat kain tapis Ulun Lampung. Bahkan saya belajar menyulam sejak kelas 4 SD,” kata Kasmirah kepada Radar Lamsel, Selasa (8/1). Untuk mempermudah menyulam kain tapis, Kasmirah biasa menggunakan alat pampang tekang. Sebuah alat yang digunakan untuk meregangkan kain tenun untuk mempermudah penyulaman benang emas pada kain tenun. “Awalnya menyulam tapis ini untuk mengisi luang sambil menunggu masa panen padi atau mengisi waktu luang disore hari. Lumayan hasilnya bisa menambah uang dapur,” ujar Kasmirah. Motif tapis yang paling sering ia buat yaitu motif gunung. Motif ini merupakan motif yang paling populer dengan bentuk segitiga yang menyerupai undakan gunung bersambung. Dalam sebulan, ibu beranak tiga ini mampu menyelasiakan satu sampai dua stel kain tapis. Jenis yang dihasilkan berupa selendang dan sarung yang ia hargai Rp 400 – Rp 600 ribu. Biasanya, produk hasil sulamnya ia jual kepada guru dan pegawai kantor Kecamatan Palas. “Kalau harga saya tidak membandrol harga yang bergitu mahal. Sebab bahan yang saya guanakan juga bukan yang bagus, karena masih keterbatasan modal,” ucapnya. Keterampilan membuat kain tapis ini tidak hanya ia lakoni sendiri. Dalam beberapa tahun terahir ia juga sempat mengajak ibu rumah tangga Desa Tanjungsari. “Tapi sayang ibu-ibu disini kurang berminat. Mungkin karena proses pembuatannya membutuhkan ketelatenan yang tinggi. Baru satu bulan belajar sudah ditinggalkan,” ungkapnya. Keterampilan yang dimiliki Kasmirah ini juga sudah menjadi lirikan pemerintah desa setempat. Kepala Desa Tanjungsari, Sobri mengatakan, dalam waktu dekat akan memberikan fasilitas permodalan dan pemasaran kain tapis yang diproduksi oleh Kasmirah. “Hasil kain tapis yang dibuat Kasmirah sudah banyak diminati masyarakat Palas terutama untuk guru dan pegawai kantor kecamatan. Tahun ini kami akan memberikan modal dan juga pemasaran karena ini juga sebagai upaya untuk meningktakan perekonomian masyarakat desa,” terang Sobri. (vid)
Bangga Bisa Melestarikan Kain Tapis Lampung
Rabu 09-01-2019,09:03 WIB
Editor : Redaksi
Kategori :