Bantuan Tsunami Dijual Kepenampung
Kamis 24-01-2019,08:58 WIB
Reporter : Redaksi
Editor : Redaksi
Polisi: Kami Selidiki
KALIANDA - Sudah hampir satu bulan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lampung Selatan disibukkan dengan kegiatan penanggulangan bencana tsunami selat sunda yang melanda wilayah pesisir Lampung Selatan.
Bahkan, hingga kini berbagai upaya masih terus dilakukan oleh Pemkab Lamsel untuk memulihkan kembali keadaan di empat wilayah kecamatan yang diterjang bencana tersebut seperti Kecamatan Katibung, Sidomulyo, Kalianda, dan Kecamatan Rajabasa.
Pasca terjadinya bencana tsunami sampai sekarang ini, berbagai bantuan logistik terus berdatangan dari donatur berbagai daerah. Bantuan yang diberikan seperti makanan siap saji, beras, minyak goreng, susu, mie instan, maupun peralatan dapur dan perlengkapan lain.
Bahkan ada juga sejumlah komunitas maupun organisasi masyarakat yang mengantar atau menyerahkan secara langsung bantuannya ke lokasi-lokasi yang terdampak tsunami untuk dibagikan kepada para korban.
Tapi ternyata, bantuan-bantuan yang diterima oleh warga disejumlah lokasi terdampak tsunami dengan jumlah yang cukup banyak, khususnya bantuan berupa mie instan, minyak goreng, beras, maupun pampers atau popok bayi berbagai ukuran itu tidak semuanya dikonsumsi atau digunakan oleh warga yang menerima. Melainkan dijual kembali ke para pedagang di Pasar Inpres Kalianda, maupun masyarakat yang berani menampung barang-barang bantuan tersebut dengan harga murah.
Seperti yang dituturkan Prapti (40). Pedagang di pasar inpres ini mengaku, dirinya sempat ditawarkan mie instan dengan harga murah oleh seseorang yang mengaku banyak memiliki stok mie instan bantuan tsunami dirumahnya.
\"Males amat saya beli walaupun murah, itukan barang bantuan tsunami, kok malah dijual. Pedagang dipasar ini banyak yang mengeluh mas, karena orang itu menjual barang bantuan tsunami dengan harga dibawah standar. Kalau ngakunya sih orang yang menjual itu warga Cukuh, Desa Sukaraja, Kecamatan Rajabasa,\" ujar Prapti kepada Radar Lamsel, di Pasar Inpres Kalianda, Rabu (23/1) pagi.
Prapti mengungkapkan, orang yang menjual mie instan ataupun bantuan sembako lainnya itu mulai menjajakan barang dagannya dari pukul 03.00 sampai pukul 05.00 WIB. \"Mereka dari jam 3 pagi sampai jam 5 jualannya karena suasananya masih gelap. Kalau mas nya mau tahu jelas, datang sebelum subuh pasti ketemu dengan orang yang jual mie bantuan tsunami itu,\" ungkap Prapti.
Transaksi jual beli barang-barang bantuan tsunami tersebut ternyata tidak hanya ada di Pasar Inpres Kalianda saja, tetapi juga dilokasi terdampak bencana tsunami di Desa Way Muli, Kecamatan Rajabasa.
Fe\'i (30), warga Desa Way Muli ini secara terang-terangan bercerita kepada Radar Lamsel. Menurutnya, banyak warga di desanya yang menjual barang bantuan tsunami seperti mie instan, beras, minyak goreng, pampers, dan pembalut wanita dengan harga rata-rata dibawah harga pasar.
Dia juga mengatakan, bantuan-bantuan tersebut dijual oleh warga ke para penampung yang sengaja datang ke wilayah desa tersebut dengan membawa kendaraan truk. \"Ada yang menampungnya kok mas. Saya aja belum lama ini mengirim satu truk mie instan ke bos yang ada di Bandar Lampung. Ya harganya murah sih untuk Indomie rebus atau goreng dijual seharga Rp40 ribu per-dus, kalau Intermie Rp25 ribu per dusnya,\" kata Fi\'e yang sempat menawarkan kepada Radar Lamsel jika mau beli bisa menghubungi dirinya langsung.
Dia menuturkan, selain mie instan, sejumlah barang batuan lain yang juga turut dijual oleh warga diantaranya beras, minyak goreng, pampers dan pembalut wanita. \"Kalau bos saya khusus mie saja yang dibeli. Sedangkan untuk beras, minyak goreng dan lain sebagainya itu dijual oleh warga ke para penampung yang datang dari wilayah Bakauheni dan Pasuruan, mungkin yang beli itu untuk dijual kembali,\" terangnya.
Dikatakannya, dijualnya barang-barang bantuan tsunami tersebut karena jumlah yang diperoleh warga sudah terlalu banyak, warga khawatir lama-kelamaan disimpan bisa kadaluarsa. Selain itu, warga juga membutuhkan uang untuk membeli kebutuhan yang lain.
\"Selama ini kan yang dikasih cuma bantuan berupa logistik dan peralatan rumah tangga saja, sementara warga khususnya korban tsunami butuh uang untuk belanja kebutuhan lainnya. Oleh karena itu, bantuan-bantuan yang diperoleh dijual. Tapi memang ada juga warga yang tidak terkena dampak tsunami ikut-ikutan menjual bantuan tsunami tersebut, karena warga itu juga dapat bantuan saat ikut-ikutan mengungsi saat terjadinya bencana tsunami,\" pungkasnya.
Dikonfirmasi mengenai penjualan bantuan tsunami tersebut, Kasatreskrim Polres Lamsel, AKP. Efendi, S.I.K mengatakan pihaknya akan menyelidiki masalah tersebut. “Nanti kami selidiki,” ucapnya.
Terpisah, Kepala Dinas Sosial Lampung Selatan Dulkahar menilai sah-sah saja apabila bantuan itu dijual oleh korban tsunami yang rumahnya rusak berat. Namun apabila oknum yang memperjual belikan bantuan itu bukan dari kalangan korban tsunami maka tindakan keji itu dapat berujung pidana.
“ Sah-sah saja kalau yang menjual itu korban yang rumahnya rusak berat. Mungkin dia perlu uang untuk memenuhi kebutuhan lain, karena bantuan yang terkumpul di Pemkab didominasi mie instan dan air kemasan. Namun kalau terbukti oknum itu bukan dari kalangan korban tsunami polisi harus usut itu,” ucapnya.
Mantan Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) Lamsel ini menjelaskan bantuan untuk korban tsunami yang masih tersedia saat ini diprioritaskan untuk korban yang rumahnya rusak berat dan untuk para pengungsi yang tinggal di posko pengungsian.
“ Kita sudah selektif menyalurkan bantuan saat ini, yang jadi prioritas penerima manfaat sudah kami kantong datanya. Jadi penyaluran bantuan tetap dilanjut tidak akan dihentikan. Begitu juga dengan pengusutan oknum penjual bantuan tsunami juga harus dituntaskan,” tandasnya.(iwn/rnd/ver)
Tags :
Kategori :