GEDONGTATAAN - Belum sanggupnya masyarakat serta sekolah dalam menghadapi sistem zonasi membuat beberapa dampak negatif dalam dunia pendidikan.
Setidaknya hal itu terjadi di Kabupaten Pesawaran, dimana akan ada sekitar 3.800 siswa yang kesulitan mencari sekolah khususnya tingkat SMP.
Hal itu disampaikan Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Pesawaran Yahtar Malyan pada Rabu (03/7).
Menurutnya, ada 8.000 siswa dari SD yang melanjutkan pendidikannya ke SMP tetapi daya tampung SMP Negeri di Kabupaten Pesawaran hanya sekitar 4.200 sehingga sisanya harus mencari sekolah swasta di dalam daerah.
\"Mencari ke luar daerah terbentur syarat zonasi, jatah dari luar daerah kan hanya 5 persen kemudian prestasi juga 5 persen sementara sekolah swasta di daerah belum siap juga untuk menampung,\" ungkap Yahtar mewakili Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pesawaran, Pauzan Suaidi.
Dijelaskan, tujuan zonasi sendiri sebetulnya baik, agar tidak ada lagi label sekolah favorit dan unggulan sehingga semua warga bisa menikmati sekolah yang juga baik fasilitasnya didekat rumah.
\"Namanya barang baru memang akan banyak persoalan,\" ujarnya.
Kendatipun dipaksa masuk ke SMP lanjut mantan Kepala Kantor Ketahanan Pangan Pesawaran ini, maka akan menjadi masalah bagi sekolah itu sendiri khususnya persoalan pendanaan dan dana BOS.
\"Syarat maksimal siswa itu kan 30 orang per lokal, lebih dari itu maka tidak akan dihitung dana BOSnya,\" ucapnya.
Untuk itu pihaknya menyarankan agar persoalan zonasi bisa ditekan, Kemendikbud harus merivisi kuota jalur prestasi dan daerah menjadi masing-masing 10 persen.
\"Setidaknya kuota jalur prestasi diperbesar lah, jangan 5 persen, kemudian zonasi domisili dikurangi jadi 70 persen,\" pungkasnya. (Esn)