WAY PANJI – Musim kemarau tahun ini, banyak petani mencari penghasilan sampingan dengan menjadi pengrajin batu bata guna memenuhi kebutuhan keluarga. Siswanto (50) seorang petani Dusun Semarang Desa Sidoharjo Kecamatan Way Panji mengatakan, musim kemarau tahun ini, dirinya terpaksa mencari penghasilan sampingan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Sebab, hasil produksi padi di setengah hektar lahan sawahnya tidak mampu lagi menopang kebutuhan keluarganya. “ Untuk memenuhi kebutuhan keluarga, saya memutuskan untuk beralih dari rutinitas sehari hari sebegai petani menjadi pekerja serabut pengrajin batu bata,” ujar Siswanto, Kamis (26/9) Siswanto menjelaskan, dengan dirinya menjadi pengrajin batu bata dalam sehari dia mampu menghasikan upah sebanyak Rp.70 ribu rupiah. “ Dalam satu hari saya bisa mencetak batu bata sebanyak 2000 buah. Untuk 1000 buah batu bata saya menerima upah sebesar Rp.35 ribu rupiah,” ucapnya. Senada dikatakan Darwati (48) Warga patok, mengatakan, tahun ini dirinya memutuskan tidak ingin berpangku tangan mengandalkan hasil padi disawah milik suaminya. Karena, hasil panen padi tahun ini tidak lagi bisa diharapkan. Ia memutuskan menjadi pengrajinan batu bata dadakan untuk meringankan beban keluarganya. “ Bersukur, dengan saya menjadi pengrajin batu bata dalam sehari saya bisa mendapat penghasilan sebesar Rp.70 ribu rupiah. Lumayan, untuk menutupi kebutuhan keluarga. Sedangkan, hasil panen padi tahun ini tidak bisa diharapkan, karena hasil panen tidak maksimal,” pungkasnya. “ kemarau sulit air mas, bila normal tanaman padi dari 1 hektar lahan sawah saya bisa menghasilkan 7 ton padi. Karena tanaman padi kekurangan air menggangu perkembangan padi. Akibatnya bulir padi menjadi tidak berisi. Panen gadu tahun ini saya hanya mendapat 5,2 ton,” ungkap Wati (50). Masih kata petani, kali ini Majais (50) petani Desa Sidoreno mengatakan, selain karena minimnya pasokan air saat melakukan pengairan musim gadu tahun ini. Penurunan hasil produksi padi di desanya juga dipengaruhi oleh, petani melakukan masa panen lebih awal dari seharusnya. “ hasil produksi padi saya menurun mas dan kualitas padi tidak normal. Karena, seharusnya saya panen saat umur padi 115 hari. Namun saya terpaksa panen saat umur padi 97 hari lebih awal,” tuturnya. Panen lebih awal terpaksa Majais lakukan sebab, dengan demikian dia bisa menekan kerugian karena kondisi padinya kekurangan air dan mengalami kekeringan. “ Jika dibiarkan maka tananam padi terancam mati kekeringan mas, dari pada saya rugi lebih baik saya panen walau bulir padi belum maksimal.” Pungkasnya. (CW2)
Panen Merosot, Petani Nyambi Jadi Pengrajinan Batu Bata
Jumat 27-09-2019,08:22 WIB
Editor : Redaksi
Kategori :