Banjir di Lumbung Pangan Meluas
Jumat 10-01-2020,08:57 WIB
Reporter : Redaksi
Editor : Redaksi
Ketahanan Pangan Diklaim Aman
KALIANDA – Musibah banjir yang merendam ratusan hektar lahan persawahan di wilayah Lampung Selatan dinilai tak berpengaruh pada sektor ketahanan pangan. Bahkan, saat ini Dinas Ketahanan Pangan (DKP) mengklaim stok pangan khususnya beras aman hingga tujuh bulan kedepan.
Kepala DKP Lamsel Ir. Yansen Mulya menyebutkan, musibah banjir yang melanda areal persawahan hampir terjadi setiap musim tanam di cuaca penghujan. Kondisi tersebut, jelas mempengaruhi angka produksi hasil pertanian khususnya padi yang menjadi sasaran genangan air hujan.
Namun, hal tersebut tidak berpengaruh besar dalam urusan ketahanan pangan di wilayah Lamsel. Sebab, pasokan padi yang terdapat di gudang penyimpangan (Bulog’red) dalam status aman atau mencukupi.
“Mungkin kalau pengaruh terhadap produksi beras ada atau sangat berpengaruh. Tetapi, jika kita bicara dalam konteks ketahanan pangan tentu tidak berpengaruh. Karena, stok pangan khususnya beras kita untuk Lamsel masih aman sampai tujuh bulan kedepan,” ungkap Yansen saat dikonfirmasi Radar Lamsel, Kamis (9/1) kemarin.
Dia menerangkan, kondisi ketahanan pangan dalam suatu daerah berstatus tidak aman jika stok pangan yang tersimpan jumlahnya kurang dari kebutuhan selama tiga bulan. Angkanya, dapat diketahui melalui perhitungan aritmatika yang menjadi rumus ketahanan pangan sendiri.
“Untuk stok tiga bulan di daerah kita, tinggal kita jumlahkan dari jumlah penduduk dikali 90 hari dikali 1 kilogram beras sebagai asumsi kebutuhan pangan per hari. Penduduk Lamsel sekarang ini ada sekitar 1 juta lebih. Sedangkan stok beras kita di dua gedung penyimpanan milik Bulog masih ada sekitar 700 ton lebih. Maka saya katakan kondisi ketahanan pangan kita sangat aman,” jelasnya.
Meski demikian, pihaknya berharap musibah banjir tidak terus terjadi dan melanda lahan persawahan para petani di kabupaten ini. Karena bisa mempengaruhi kondisi perekonomian warga yang berimbas ke daerah.
“Apalagi sekarang kita tahu bersama jika kita merupakan salah satu daerah penghasil gabah yang cukup besar di Provinsi Lampung. Dan juga banyak petani kita yang memang menjual hasil pertanian mereka langsung ke luar daerah. Tentu sangat mempengaruhi perekonomian para petani,” tutupnya.
Sementara itu, Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (DTPHP) Lamsel belum menerima hasil penghitungan secara rinci produksi padi selama Tahun 2019. Untuk diketahui, target realisasi produksi padi di kabupaten ini pada tahun lalu mencapai 551.200 ton.
“Belum ada hasil perhitungan hasil produksi padi kita pada tahun lalu dari BPS. Karena mereka yang memiliki tugas dan kewenangan mengeluarkan data tersebut dari hasil yang dihimpun DTPHP. Biasanya akan mereka sampaikan ke kita antara Bulan Maret – Mei 2020 mendatang,” pungkas Kabid Tanaman Pangan DTPHP Lamsel Mugiyono, SP.
Pada bagian lain, setidaknya terdapat 243 hektar lahan persawahan yang sudah terdampak bajir di Desa Bali Agung dan Desa Bumi Asri Kecamatan Palas. Angka tersebut menambah deretan persawahan yang terendam banjir mulai dari Candipuro, Way Sulan, Way Panji dan terbaru yakni Palas.
Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Bali Jaya, Dewo Aji Sastrawan mengatakan, luapan jaringan irigasi kini mulai memberikan dampak banjir pada lahan persawahan. Hingga saat saat ini telah terdapat 200 hektar lahan persawahan yang sudah terendam banjir akibat luapan saluran irigasi.
“Air mulai meluap dari kemarin sore, Mas. Hingga saat ini sudah terdapat 200 hektar sawah yang sudah terendam banjir,” ujar Dewo kepada Radar Lamsel saat ditemui di kediamannya.
Dewo menerangkan, lahan persawahan yang sudah terdampak banjir tersebut berada di daerah boloran atau lahan yang berada di belakang pemukiman masyarakat, yang belum memiliki jaringan irigasi tersier.
Dari 200 hektar tersebut terdapat 40 hektar yang sudah tertanam. Sementara sisanya masih dalam proses pengarapan lahan.
“Sebagian memang masih masa penggarapan lahan dan penyemaian benih. Hingga saat ini air masih besar, kerana daerah boloran tersebut belum memiliki saluran irigasi tersier untuk membuang luapan air,” terangnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Kepala Desa Bumi Asri Marsono, dimana di desanya juga teradapat 43 hektar lahan persawahan yang sudah terendam banjir.
Selain merendam lahan persawahan, lanjut Marsono, banjir juga sempat merendam akses jalan penghubung Desa Bumi Asri – Bumi Restu dan Bumi Restu – Trimomukti, Kecamatan Candipuro.
“Untuk yang sudah tanam seluas 13 hektar, sisanya juga masih dalam garapan. Selain itu dua akses jalan juga sempat merendam dua akses jalan, tapi saat ini sudah mulai menyusut,” imbuhnya.
Dampak bajir tersebut juga diamini Kepala Unit Pelakasana Teksni (UPT) Penyuluh Pertanian Kecamatan Palas, Agus Santosa. Menurut selain di Desa Bali Agung dan Bumi Asri, di Desa Bumi Daya dan Bumi Restu juga sudah mulai terdampak banjir. Namun luasnya belum bisa dipastikan karena masih dalam proses pendataan.
“Di Desa Bumi Restu dan Bumi Daya juga ada yang terdampak banjir, yang sebagian besar masih dalam penggarapan lahan. Tapi untuk luasnya belum bisa kami pastikan, karena saat ini kami masih dalam proses pendataan,” pungkasnya.
Tanggul jebol pada aliran Sungai Way Katibung akibat hujan deras membawa petaka bagi petani di Kecamatan Candipuro, Way Sulan dan Way Panji. Ratusan hektare tanaman padi di tiga wilayah itu baru ditanami kini terendam banjir, sejak Selasa (7/1) malam.
Informasi yang dihimpun Radar Lamsel melalui Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (DTPHP) Lamsel, sedikitnya 500 hektare areal persawahan khususnya Desa Sinar Pasemah, Beringin Kencana dan Banyumas Kecamatan Candipuro tergenang air. Musibah ini terjadi akibat tanggul jebol pada aliran Sungai Way Sekampung yang panjangnya ditafsir sekitar 50 meter. (idh/vid)
Tags :
Kategori :