Dinas Perikanan Bungkam Di Jeritan Petambak

Kamis 23-01-2020,08:59 WIB
Reporter : Redaksi
Editor : Redaksi

SRAGI – Banjir yang melanda 176 hektar tambak udang di Desa Bandar Agung, Kecamatan Sragi menyebabkan petambak mengalami kerugian jutaan rupiah. Akibat bajir yang disebabkan luapan Sungai Sekampung itu, ditaksir kerugian mencapai  Rp 5 – Rp 7 juta per hektar. Itu pun hanya modal benih dan obat-obatan untuk lahan tambak, belum terhitung biaya pakan udang. Ketua Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Windu Wijaya, Desa Badandar Agung, Numi Candra mengatakan, banjir yang terjadi akibat luapan Sungai Sekampung ini tidak hanya menyebabkan udang hanyut terbawa air. Tapi juga menyebabkan udang mati karena terkontaminasi air banjir yang kotor. “Selain mengakibatkan udang hanyut terbawa air, banjir luapan Sungai Sekampung ini juga banyak menyebabkan udang mati karena air yang kotor, terkontaminasi limbah,” ujar Numi Candra memberikan keterangan kepada Radar Lamsel, Rabu (22/1). Numi menjelaskan, dampak banjir tersebut menyebabkan petani mengalami kerugian. Diperkirakan untuk satu hektar tambak kerugian yang dialami petani mencapai Rp 5 – 7 juta. Itupun dihitung hanya untuk modal benih udang dan obat lahan tambak, tidak termasuk biaya pakan dan tenaga perawatan. “Untuk satu hektar tambak tradisional modal benih saja sudah Rp. 3 juta dan beli obat serta upah untuk mensterilkan lahan Rp. 3 juta. Kerugian itu belum biaya pakan yang mencapai Rp.1 juta untuk satu bulan. Kalau dihitung semua kerugia bisa mencapai Rp 10 juta,” jelasnya. Numi mengatakan, hingga saat ini pihaknya masih melakukan pendataan jumlah luas tambak udang yang terdampak banjir untuk dilaporkan ke Dinas Kelautan dan Perikanan Lampung Selatan. “Saat ini kami juga melakukan pendataan lahan yang terdampak, dan akan dilaporkan ke Dinas Kelautan dan Perikanan,agar bisa ditanggulangi,” ujarnya. Sementara itu Kepala Desa Bandar Agung, Samsul Anwar mengharapkan, Dinas Kelautan dan Perikanan Lampung Selatan dapat memberikan bantuan bantuan benih kepada petani tambak. Disisi lain, pendangkalan saluran irigasi yang menjadi salah satu pemicu banjir juga dapat dinormalisasi. “Petani mengharapkan Dinas Perikanan dapat memberikan bantuan benih. Saya juga mengharapkan irigasi yang sudah dangkal juga dapat di normalisasi,” harapnya. Ditengah jeritan petambak kabupaten ini, Dinas Perikanan Lampung Selatan yang dinahkodai Meizar Malanesia membungkam. Alih-alih mengungkap solusi atau gagasan ditengah badai yang menerpa pertambakan OPD yang mengurusi maslahat perikanan ini justru belum terdengar komentarnya. Meski ponselnya aktif ketika dihubungi Radar Lamsel, Meizar urung merespon panggilan masuk. Begitu juga dengan Kabid Budidaya Perikanan Dinas Perikanan Lamsel Entin, keduanya kompak tak merespon saat dihubungi. Hingga berita ini diterbitkan petambak masih menunggu peran berbentuk solusi ataupun gagasan dari pemerintah daerah ditengah kesulitan yang melanda.(vid)

Tags :
Kategori :

Terkait