Nisbi Dijual Petani Pilih Simpan Gabah

Kamis 18-06-2020,09:47 WIB
Reporter : Redaksi
Editor : Redaksi

SRAGI – Sejumlah petani di Desa Kuala Sekampung, Kecamatan Sragi pada musim panen rendeng tahun ini lebih memilih untuk menyimpan hasil panen. Kebiasaan menyimpan hasil panen ini memang sudah lama ditinggalkan. Dalam lima tahun terakhir petani lebih sering langsung gabah setelah padi selesai dipanen. Namun akibat bencana hujan deras yang disertai angin pada Mei lalu yang merobohkan sebagian tanaman padi wilayah Sragi, menghasilkan kualitas padi yang kurang bagus. Harganya jualnya pun, juga ikut menurun. Sehingga petani lebih memilih menyimpan hasil panen. Aji (45) salah satu Petani Dusun Sukarandeg II mengaku, ia memilih tidak menjual hasil panen, lantaran gabah diberi harga yang sangat murah oleh para pengepul atau tengkulak. “Cuma diberi harga Rp3.200 per kilogramnya dengan alasan padi kotor dan basah karena roboh. Jadi sebagian petani memang lebih memilih untuk menyetok hasil panen,” ujar Aji memberikan keterangan kepada Radar Lamsel, saat ditemui di kediamannya Rabu (17/6). Saat ini Aji lebih memilih melakukan proses penjemurah gabah sendiri. Hasil penen yang telah disimpan akan dijual ketika harga gabah sudah mulai membaik. “Saat ini yang saya simpan sebanyak 1,5 ton. Nanti dijual kalau harga sudah lumayan bagus,” sambungnya. Hal senada juga dungkapkan oleh Atun (35), ia terpaksa menyimpan hasil panen padi milikinya agar tidak mengalami kerugian. Karena hasil panen yang menurun dan harga yang murah. “Biasanya kalau nyimpan gabah hanya untuk makan saja. Tapi sekarang semua hasil panen disimpan semua, karena kita rugi kalau dijual dengan harga murah, apalagi hasil panen sekarang turun juga kerana roboh,” ungkapnya. Hal tersebut diamini oleh Ketuga Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Desa Kuala Sekampung, Wanto. Menurutnya perubahan sistem penjualan yang dilakukan petani merupakan dampak baik dari bencana hujan deras yang terjadi pada Mei lalu. Sebab, kebiasaan petani menyimpan hasil panen dan dijual ketika harga tinggi tersebut memang sudah lama ditinggalkan petani. “Hampir sudah tidak ada yang menyimpan gabah ini. Biasanya hasil panen langsung dijual di sawah. Padahal dengan menyimpan gabah akan menguntungkan petani sendiri,” tuturnya. Warto mengaku, upaya minyimpan hasil panen ini banyak dilakukan petani di Dusun Sukarandeg II. Lantaran disana petani memiliki lahan jemur dengan memanfaatkan jalan rabat beton. “Yang banyak nytok itu di Umbul Dondong, Sukarandeg II. Petani memanfaatkan jalan rabat beton sebagai lahan jemur,” pungkasnya. (vid)

Tags :
Kategori :

Terkait