Kematian Massal Ayam Proyek Rp 2,2 M

Jumat 13-11-2020,09:19 WIB
Reporter : Redaksi
Editor : Redaksi

KALIANDA – Kematian massal menimpa ‘ayam proyekan’. Jumlah kematian di 1 dari 17 kecamatan hampir mencapai seribu ekor. Seluruh kecamatan direncanakan bakal mendapat bantuan serupa. Bantuan tersebut secara simbolis pertama kali diserahkan oleh Gubernur Lampung Arinal Djunaidi bersama Pjs. Bupati Lamsel Sulfakar dan Kadiskeswan Arsyad Husein di halaman kantor Bupati Lamsel kepada perwakilan kelompok tani 26 Oktober 2020 lalu. Ayam bantuan pemerintah yang merogoh APBD hingga miliaran rupiah tersebut  mati mendadak sehari pasca didistribusikan kepada kelompok tani di sejumlah kecamatan. Dipantau dari situs lpse.lampungprov.go.id. Tender pengadaan ayam buras di 189 kelompok tersebut dimenangkan PT. Melayu Muda Konstruksi dengan harga penawaran Rp 2.265.952.000,00 harga terkoreksi; Rp 2.265.952.000,00 dengan hasil negosiasi Rp 2.265.952.000,00-. Disnakeswan mengklaim faktor yang mempengaruhi kematian ayam jenis joper yaitu cuaca ekstrim pada saat pendistribusian. Cuaca yang berubah drastis dklaim sangat mempengaruhi kesehatan ayam. Hal tersebut diutarakan oleh Kepala Bidang Pembibitan dan Produksi, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Lampung Selatan, drh. Anggraeni. Sebab, menurutnya,  sebelum didistribusikan kepada kelompok ayam tersebut telah dinyatakan sehat, dan sudah melalui uji laboratorium. “Sebelum kita kirim ke masing-masing kelompok ayam sudah dipastikan sehat, tidak ada yang sakit. Dan sudah melalui uji laboratorium,” ujar Anggaraini memberikan keterangan kepada Radar Lamsel saat ditemui di ruang kerjanya, Kamis (12/11) kemarin. Anggraini menjelaskan, perubahan cuaca yang ekstrim dari panas menjadi hujan, sehingga menyebabkan kesehatan ayam menurun. Penyebab lainnya yaitu, ayam tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan kandang baru. “Penyebab lainnya ayam tak mampu beradaptasi. Kerana sebelum dikirim ayam berada di kandang  tertutup. Kemudian dipindah ke kandang yang terbuka. Itu juga menyebabkan ayam mengalami stres sehingga tidak mau makan, ditambah lagi dengan perjalanan pada saat pendistibusian,” ujarnya. Bahkan sebelum didistribusikan pihaknya juga sudah melakukan komunikasi kepada kelompok ternak untuk melakukan pemberisihan kandang dengan desinfektan. Ia juga mengaku, ratusan ayam yang mati  akan diganti oleh pihak rekanan atau penyedia ayam tersebut. Sampai dengan saat ini pihaknya juga masih mengimbau kelompok untuk terus melakukan pendataan jumlah kematian ayam. “Ayam yang mati ini akan menjadi tanggung jawab rekanan, akan diganti. Bahkan ayam yang sakit juga ikut didata, harapan kami juga peternak juga bisa melakukan penanganan untuk memisahkan ayam yang sakit dan yang sehat,” harapnya. Sementara itu Plt. Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat Kesehatan Hewan Kecamatan Palas – Sragi Iwan Ismunanto mengungkapkan data terakhir jumlah kematian ayam di dua kecamatan itu telah mencapai 756 ekor. Jumlah kematian ayam terbanyak di Desa Sumber Agung, Kecamatan Sragi yaitu mencapai 291 ekor. “Yang paling banyak di Desa Sumber Agung di sana ada dua kelompok yang menerima bantuan, jumlah semuanya 444 ekor. Dan yang mati mencapai 291 ekor ayam,” tuturnya. Menurut iwan, penyebab kematian ayam bantuan juga dipengaruhi oleh penangangan peternak. Itu juga terlihat dari jumlah kematian ayam yang berbeda-beda. “Mungkin juga karena penanganan yang belum maksimal. Ayam yang ketika tiba tidak dalam keadaan sehat namun penanganannya kurang bagus. Karena di kecamatan lain jumlah kematian rendah. Namun untuk ayam yang mati dalam tujuh hari setelah pendistribusian ini masih menjadi tanggung jawab penyedia atau rekanan,” pungkasnya. Radar Lamsel mengontak Kepala Dinas Peternakan Lamsel Arsyad Husein untuk mengulik apa sebab pengadan ayam oleh kontraktor tersebut mengalami kematian, apakah betul pengadaan ayam itu tak menerapkan SOP sejak awal? Namun Arsyad belum memberikan keterangan. Meski ponselnya dalam keadaan aktif, namun orang nomor satu di Dinas yang membidangi peternakan ini belum merespon hingga berita ini diterbitkan. Ketua Kelompok Ternak Naga Sari Desa Margajasa, Kecamatan Sragi  Rudi Setiawan mengatakan, kematian ayam bantuan Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan itu terjadi sejak Sabtu (8/11) lalu, tepatnya satu hari setelah bantuan ayam disalurkan kepada kelompok ternak. “Ayam didistribusikan ke kelompok pada Jumat pekan kemarin, dan langsung kita salurkan kepada anggota kelompok. Keesokan harinya sudah mulai mati, bahkan sampai saat ini masih banyak ayam yang mati,” ujar Rudi memberikan keterangan kepada Radar Lamsel saat ditemui di kediamannya, Rabu (11/11). Hal senada juga diutarakan oleh Rasmadi, anggota Kelompok Ternak Mitra Bakti Desa Sumber Agung. Ia mengaku, ayam mati lantaran stres dan kehilangan nafsu makan. “Ayam enggak mau makan-minum, Mas, mungkin karena stres. Sudah saya ganti pakan baru dan air minum yang bersih tetap saja tidak mau makan. Anggota kelompok lain juga banyak yang mengeluh ayamnya pada mati,” ujarnya. (vid/red)

Tags :
Kategori :

Terkait