NATAR - Anjloknya harga telor dua bulan terakhir ternyata masih berlangsung, kendati Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) telah digulirkan oleh Pemerintah namun harga telor masih dibawah Harga Pokok Produksi (HPP) peternak. Salah satu peternak ayam petelur di Desa KrawangsariKasmani (42) mengatakan, sejatinya setiap 1 kilogram telor peternak harus mengeluarkan modal atau HPP hingga Rp 20.000, tetapi saat ini harga telor stagnan diangka Rp 19.500. \"Alhamdulillah sudah ada kenaikan, tetapi jika dibandingkan dengan harga pakan maka sangat tidak menguntungkan,\" ungkapnya kepada Radar Lamsel, Senin (1/11). Pria yang juga aktif dalam organisasi Peternak telur se Provinsi Lampung itu meminta agar Pemerintah pusat maupun daerah membuat kebijakan yang tidak menyulitkan peternak. \"Untuk menekan harga jagung yang tinggi katanya mau impor jagung, disisi lain petani jagungnya yang keberatan, saya kira itu bukanlah solusi,\" tuturnya. Justru sambung Kasmani, kebijakan Kementrian Sosial (Kemensos) akhir-akhir ini yang mempengaruhi harga telor. \"Beberapa bulan lalu, penyaluran BPNT dilakukan langsung Tiga bulan, sebelumnya dua bulan, pernah juga hanya satu bulan. Nah hal inilah yang menjadi penyebab utama anjloknya harga telor saat tidak ada penyaluran BPNT,\" urainya. Ia menambahkan, saat kebutuhan menjadi dua atau tiga kali lipat maka para peternak tidak mempu memenuhi kebutuhan telor tersebut, sehingga sejumlah peternah mencoba menambah populasi ayam untuk memenuhi permintaan pasar tersebut namun saat tidak ada penyaluran BPNT maka pernintaan akan anjlok. \"Sekarang harganya sulit naik, karena peternak barangnya banyak tetapi daya serapnya kecil, karena hanya satu bulan yang disalurkan,\" pungkasnya. (Kms)
Harga Telor Anjlok, Stok Banyak Jadi Penyebab
Selasa 02-11-2021,08:59 WIB
Editor : Redaksi
Kategori :