Kasus tenggelam di pantai yang kerap terjadi di perairan Lampung mengundang perhatian Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) Universitas Islam Indonesia (UNISI/UII). Salah satu seniornya, Muhammad Mulya Siddiq, ikut berkomentar soal langkah dan tindakan yang harus diperhatikan oleh setiap traveller atau wisatawan yang hendak rekreasi namun dilokasi pantai tersebut tak ada penjaga pantai.
Menurut dia, kegiatan di alam bebas merupakan kegiatan yang amat menyenangkan tapi juga punya segudang resiko. Kecelakaan bisa terjadi dimana saja sehingga diperlukan langkah yang sigap dan tanggap. “Ada banyak faktor penyebab kecelakaan terjadi, dan ada banyak cara pula untuk menyikapinya,” ujar Siddiq kepada Radar Lamsel.
Ia membeberkan pentingya warming up (pemanasan) sebelum melakukan aktifitas dialam bebas termasuk berenang dilaut. Selain itu wisatwan harus memperhatikan peringatan yang terdapat disetiap sudut tempat wisata, meski sepele tapi hal-hal sederhana itu cukup membantu.
“Kebanyakan wisatawan menganggap remeh warming up, padahal ketika menemui insiden seperti terseret ombak tubuh yang sebelumnya melakukan pemanasan akan terhindar dari kram atau tegang otot,” paparnya.
Yang paling membahayakan ketika terjadi kecelakaan di dalam air sambungnya, hendaknya jangan memporsir tenaga sampai habis. Sebab hal itu akan sia-sia dan akan lebih cepat menyeret korban pada maut. Hendaknya menyimpan tenaga dan melepas seluruh pakaian yang menempel ditubuh untuk dijadikan sebagai pelampung.
“Jangan panik, biarkan arus menyeret dan lemaskan sebagian tubuh dan tahan nafas sebisa mungkin. Setelah itu sejajarkan kaki dengan tubuh menghadap ke langit sampai datang pertolongan,” ujar pentolan Mapala Unisi yang terkenal dengan standar operating procedure (SOP) yang tinggi untuk urusan evakuasi ini. (idh/rnd)