2500 Hektar Sawah di Candipuro Terancam Banjir

Rabu 04-10-2017,00:55 WIB
Reporter : Redaksi
Editor : Redaksi

CANDIPURO – Normalisasi sungai Way Katibung yang kerap meluap tatkala hujan deras berpacu dengan cuaca. Normalisasi itu kini tengah sampai di sungai Way Sulan. Kepala DPUPR Candipuro Wayan Nuryana berharap normalisasi dari pusat itu segera diselesaikan. Selain kekhawatiran petani dari cuaca yang tak dapat diprediksi, tentunya ancaman banjir juga bisa merendam pemukiman warga. “Sementara pantauan kami normalisasi sudah sampai di Sungai Way Sulan,” kata dia kepada Radar Lamsel, Selasa (3/10) kemarin. Pasalnya ancaman terhadap ribuan hektar area persawahan yang meliputi Candipuro – Way Sulan tetap dikhawatirkan. Sebab walaupun normalisasi dilangsungkan apabila tanggul penangkis yang berada di Sinar Pasemah tak diperbaiki secara permanen masih ada kemungkinan banjir bisa terjadi. “Ya, kemungkinan banjir itu tetap ada selama fasilitas penunjang seperti tanggul, dinding sungai belum tersentuh perbaikan,” ujar Wayan Nuryana. Hal senada dikatakan Kepala UPT DPTPH Kecamatan Candipuro Legiyem dikatakannya ribuan hektar sawah terhampar di wilayah bagian timur Lamsel. Yang paling dominan kata dia tentu saja Dusun Rawa Sragi. “Yang paling awas adalah Rawa Sragi karena panen saat ini masih dalam proses penyelesaian dan kami prediksi 30 hari selesai mudah-mudahan tak bertemu banjir,” kata dia. Legiyem menjelaskan dari total 2.500 hektar lahan persawahan di Rawa Sragi baru 10 persen petani yang sudah memenen padinya. Hal itu tak lepas dari letak geografis persawahan yang sangat dekat dengan titik terparah kerusakan tanggul Way Katibung. Pada bagian lain Camat Way Sulan Tri Mujianto membenarkan saat ini normalisasi tengah berpacu pada cuaca. “Normalisasi sungai sudah sampai di Sungai Way Sulan, tepatnya di Desa Karang Pucung alat berat sudah diterjunkan,” ucapnya. Sementara Camat Candipuro Wasidi Berharap Bina Marga menyegerakan perbaikan tanggul secara permanen. Itu ditujukan untuk memberikan rasa aman saat musim tanam tiba. “Selama ini kalau tanggul belum permanen rasa was-was itu tetap ada. Akhirnya petani takut dan tidak melakukan percepatan tanam,” ungkapnya. (ver)

Tags :
Kategori :

Terkait