Bangunan Nyaris Rubuh, Prestasi Tetap Mengalir
Jumat 27-10-2017,08:41 WIB
Reporter : Redaksi
Editor : Redaksi
Melihat dan Belajar dari Penghuni MI Nurul Ulum
Apresiasi beriring simpati. Buruknya bangunan tempat belajar-mengajar di Madrasah Ibtida’iyah (MI) Nurul Ulum Desa Pardasuka Kecamatan Katibung, dijawab oleh penghuni madrasah dengan torehan prestasi yang cukup membanggakan.
Laporan Veri Dial Ariyatama, KATIBUNG
TERIAKAN 92 siswa MI Nurul Ulum terdengar lantang hingga keluar sekolah saat mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM) didalam kelas. Ancaman akan runtuhnya atap sekolah seperti tak dihiraukan oleh siswa yang asyik menimba ilmu.
Tanpa malu-malu, cahaya matahari mengintip dari atap yang rusak. Beruntung, hanya sinar matahari yang masuk. Bila hujan turun aktivitas belajar terpaksa dihentikan karena air hujan yang menetes dari atap yang berlubang.
Hanya ada sembilan orang tenaga pengajar dan empat ruang kelas untuk menampung pelajar kelas I sampai kelas VI di madrasah yang berdiri sejak 1984 itu. Meski nyaris rubuh, etalase MI Nurul Ulum dipenuhi puluhan piala dari hasil kerja keras guru dan siswanya.
“Tahun 2016 anak-anak meraih juara umum kemah akhir tahun, mewakili KKM MI Katibung I pada perlombaan Kwarcab Lamsel,” kata Kepala Sekolah MI Nurul Ulum Syaifudin, kepada Radar Lamsel, Kamis (26/10) kemarin.
Terakhir kali madrasah yang dipenuhi piala itu mendapat bantuan renovasi pada tahun 2007. Ada dua lokal yang direnovasi kala itu, namun kenyataannya kerusakan bangunan tak dapat lagi dihindarkan.
“Dua buah kayu penopang nyaris patah karena termakan usia, kemudian diruang lainnya dua lembar plavon terjurai. Selain itu genting yang bocor memaksa cahaya matahari masuk kedalam kelas, begitu juga dengan air hujan. Dibagian luar ruangan, genting-genting atap sudah berjatuhan” kata dia.
Syaifudin mengaku sudah berkali-kali mengajukan perbaikan ke Kemenag melalui Kelompok Kerja Madrasah (KKM) Katibung namun tanpa ada hasil. Alih-alih mensejahterakan 9 orang guru berstatus honorer, dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) terkadang sampai lima bulan sekali baru bisa dicairkan.
“Guru di madrasah ini mengabdi ikhlas, kami tunjukan dengan prestasi ditengah minimnya fasilitas madrasah. Sesekali guru patungan menjahitkan seragam sekolah untuk anak-anak,” ujar Syaifudin.
MI Nurul Ulum adalah yayasan yang didirikan dari swadaya masyarakat Dusun Kawat Ngangkang. Sejak dulu prestasi yang paling mentereng adalah gerakan kepramukaannya. Prestasi itu tak lepas dari kegigihan para guru yang bergaji paling tinggi Rp 500 ribu.
Aminuddin (40), guru MI Nurul Ulum mengatakan, walaupun sekolah tempatnya mengajar nyaris rubuh tapi dia menjamin semangat anak didiknya tak akan mudah patah. “Sekolah boleh rusak, tapi semangat para guru dan siswa tak mudah patah,” ungkapnya.
Guru kelas II madrasah itu berharap, sekolah kebanggannya dilirik oleh pemerintah untuk bisa direnovasi. Kalaupun tidak, kata dia, proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) akan tetap berjalan. “Terimakasih sekali kalau ada yang simpati, kalaupun tidak kami juga memaklumi,” ucapnya menggantungkan harapan.
Disisi lain, tak hanya murid MI Nurul Ulum yang punya prestasi gemilang. Salah seorang guru di madrasah itu juga sempat dilirik untuk membuat metode pembelajaran lantaran cara mengajarnya yang unik.
“Ada satu guru yang punya cara unik dalam menyampaikan pelajaran, siswa cepat memahami. Sayangnya sekarang dia sedang ambil cuti,” ujar Aminudin.
Sementara Ety (40), salah seorang dari sembilan guru madrasah mengatakan, sejak tahun 2005 dirinya sudah mengajar. Sebelum bangunan permanen madrasah tersebut berupa bangunan geribik.
“Kalau awal-awal ngajar dulu memang bangunannya geribik, yang kami khawatirkan ya keselamatan siswa. Sebab kalau kondisi ruang kelas mau rubuh, KBM jadi was-was,” ungkapnya.
Suara dari tiga orang guru MI Nurul Ulum itu cukup jelas membangunkan semangat pendidikan yang ada di Lampung. Meraka (guru ‘red) tak memaksa diperhatikan apalagi dinaikkan gajinya. Dibenaknya hanya terfikir bagaimana cara siswa dapat mendulang prestasi meski dihadang keterebatasan fasilitas. (*)
Tags :
Kategori :