Ayah di Jakarta, Ibu di Taiwan saat Balita Tewas Terbakar
Rabu 11-04-2018,06:55 WIB
Reporter : Redaksi
Editor : Redaksi
Sejak Umur Enam Bulan Rido Diasuh Neneknya
WAYSULAN – Terpal biru dan bendera kuning tampak sejajar terpasang dipelataran rumah Rasiman (68) kakek dari Muhammad Rido (4). Dirumah bercat putih pudar itulah korban yang tewas terbakar didalam minibus dibesarkan oleh kakek dan neneknya.
Semasa hidupnya, bocah yang tahun depan direncanakan mengenyam Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) itu dikenal lincah dan enerjik. Sebagai balita Rido kerap aktif bertanya, apabila terdapat sesuatu yang mengganggu pikirannya.
Kepada Radar Lamsel, Rofi (45) paman korban bercerita. Saat musibah terjadi tidak ada firasat atau tanda-tanda mencurigakan. Bahkan sesaat sebelum minibus terbakar korban sempat terlihat bermain dihalaman rumahnya.
“ Sebelum pergi dengan pakdenya Ahmad Efendi (supir minibus ‘red) ia sempat minta disuapi makan oleh neneknya lalu kemudian pergi bermain dihalaman,” kata Rofi dikediamannya, Desa Sumberagung, Kecamatan Way Sulan, Selasa (10/4) kemarin.
Berdasar pengakuan sang paman, sejak Rido berusia enam bulan rumah tangga ayah dan ibu korban mengalami konflik. Si ayah pergi mencari peruntungan di Ibu Kota Jakarta, kemudian 10 bulan yang lalu tepatnya, si ibu berangkat ke Taiwan untuk mencari sumber penghidupan.
“ Sementara keduanya pergi mencari nafkah, anak-anaknya diasuh oleh kakek dan neneknya dikampung. Rido punya tiga orang kakak, satu sudah bekerja di Bekasi, kemudian lainnya ada yang masih SMP dan SD,” ucap Rofi.
Masih kata Rofi, dirinyalah orang pertama yang mengangkut jasad korban dari kobaran api. Dilihat dari posisi jasad Rido, Rofi menuturkan, korban diperkirakan duduk dibangku tengah Suzuki Futura milik pamannya itu.
“ Dari posisi jasadnya, Rido kemungkinan duduk dibangku tengah. Saat saya angkat mayatnya sudah bersandar didekat kaca mobil bagian tengah,” ungkapnya.
Keluarga korban masih terpukul atas kepergian Rido. Sebab tanpa Rido yang aktif dan ceria, rumah yang gentingya kerap runtuh itu menjadi lebih sepi. Bahkan kondisi kesehatan kakeknya menurun usai diterpa musibah tersebut.
Rasiman menuturkan, jenazah cucunya itu dikebumikan usai kedatangan Iwan (34) ayah Rido pada pukul 23.00 WIB, Senin malam.
“ Pesan ayahnya jangan dulu dikebumikan sebelum kehadirannya. Setelah jenazah dimakamkan, Selasa pagi (kemarin ‘red) ayahnya langsung berangkat lagi ke Jakarta,” sebut Rasiman.
Tak hanya Rasiman, Suryati (67) nenek korban juga masih terlihat murung. Ketika melihat jenazah cucunya Senin lalu ia langsung terkulai lemas. Sesekali mengangguk saat ditanya Radar Lamsel perihal keseharian Rido.
Sedangkan Heni (34), ibu korban yang berada di Taiwan tak bisa pulang ke tanah air. Sang ibu dibenturkan dengan aturan kontrak sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI), itu memaksanya tak bisa pulang sekedar melihat jasad Rido untuk terakhir kali.
Hampir seharian penuh ibu korban tak henti-hentinya melakukan video call sambil menangis. Dari pengakuan Lina Fauzia (18) kakak korban mata ibunya terlihat sembab lantaran menangis seharian.
Fauzia menuturkan, dirinya baru mengetahui setelah salah seorang kerabat menghubunginya via telepon. Dari situ, Fauzia langsung meluncur dari Bekasi menuju Lampung.
“ Kalau saya baru sampai kerumah Selasa pagi (kemarin ‘red) tak sempat ketemu jenazahnya. Ini lagi video call dengan ibu dari semalam menangis terus tak bisa pulang karena aturan,” ujar Fauzia tak lepas dari handphone-nya.
Terpisah Kades Sumberagung Joko Prasetyo mengatakan saat ini seluruh korban luka bakar sudah dirawat di RSUD Bob Bazar Kalianda. Supir minibus yang juga ketua RT 04 beserta kerabatnya tengah mendapat perawatan intensif.
“ Jadi, supir ini adalah paman dari Rido. Kebetulan juga ketua RT 04 Desa Sumberagung. Karena minibus itu sering mogok tak jarang didalam mobil disediakan stok bensin sampai dua jeriken. Kondisi terkini korban sudah mulai membaik termasuk dua bocah yang terkena luka bakar,” imbuhnya. (ver)
Tags :
Kategori :