Candipuro Diproyeksikan Sebagai Lumbung Kedelai Lampung

Candipuro Diproyeksikan Sebagai Lumbung Kedelai Lampung

CANDIPURO – Balai Penelitian Tanaman Pangan (BPTP) Provinsi Lampung memproyeksikan Kecamatan Candipuro sebagai salah satu lumbung tanaman kedelai di Lampung. Selain strategis, lahan pertanian di Candipuro dirasa layak untuk menerapkan teknik tanaman tumpang sari guna membangunkan kembali gairah petani menanam kedelai. Penyuluh Supervisor BPTP Lampung Jamhari mengatakan, Kementerian Pertanian RI tengah berupaya menutupi impor kedelai. Bahkan, kata dia, target sebelumnya 2020 dimajukan ke 2019 untuk penghentian impor kedelai. “Kami melihat di Candipuro ini bisa diimplementasikan teknologi pertanian, terutama untuk tanaman kedelai yang sudah sangat lama tidak digeluti petani,” kata Jamhari kepada Radar Lamsel, di kantor UPTPP Candipuro, Rabu (13/12) kemarin. Dilanjutkan, saat ini untuk padi dan jagung., Indonesia tak lagi melakukan impor. Sebab percepatan tanam yang dilakukan oleh petani berhasil menutupi impor tersebut. Sehingga, kata Jamhari, untuk tanaman kedelai pada 2019 mendatang diharapkan tak lagi mengimpor. “Ada tiga items tanaman yang jadi prioritas, padi, jagung dan kedelai. Untuk padi dan jagung kita berhasil menutup dan saat ini kami berupaya mengimplementasikan teknik tumpang sari antara jagung dan kedelai,” sebut dia. Masih kata Jamhari, teknik tersebut diyakni bisa berjalan efektif. Selain dapat menambah penghasilan petani, teknik tumpang sari juga tidak mengganggu tanaman lainnya. “Tinggal bagaimana menyiasati jarak tanam, kemudian diberengi dengan kemampuan teknologi pertanian yang dikuasai para petani. Teknologi tersebut meliputi, pembenihan, penanaman, perawatan hingga masa panen. Ada banyak sekali teknik yang kami edukasikan ke petani agar kendala seperti hama bisa terataasi,” sebut dia. Sementara itu Kepala UPTPP Candipuro Legiyem menjelaskan, ada sekitar 40 Gapoktan yang diberi edukasi untuk kembali membangunkan semangat menanam kedelai. Detailnya, kata dia, apabila lahan seluas 5 ribu hektar diisi oleh tanaman jagung saja maka produktifitas lahan tidak bertambah. “Kalau 5 ribu hektar diisi jagung dan kedelai maka petani sudah belajar mengkalkulasikan hasil panen,” sebut dia. Legiyem melanjutkan petani Candipuro saat ini masih didominasi dengan tanaman padi dan jagung. Namun dengan semangat membangkitkan pertanian kami akan berjalan bersama penggiat petani untuk merintis kembali kejayaan kedelai agar pada 2019 kedelai tak lagi mengimport. Ditempat yang sama, Ketua Gapoktan Bumijaya Masroni (40) mengatakan kedatangan BPTP kali ini dicecar banyak pertanyaan oleh para petani. Salah satunya terkait teknologi pertanian yang dirasa efektif mengatasi masalah. “Masih terkait teknologi pertanian, sebab semakin hari teknologi semakin maju. Sementara para petani sudah lama sekali tak menanam kedelai, dengan paparan tersebut teknik tumpang sari akan kami coba terapkan untuk menambah hasli panen,” imbuhnya. (ver)

Sumber: