Jala Buatan Kuala Sekampung go Nasional

Rabu 06-01-2021,09:37 WIB
Reporter : Redaksi
Editor : Redaksi

SRAGI – Meski alat penangkap ikan semakin canggih dan modern mengikuti perkembangan zaman. Namun jala (alat tangkap ikan) tetap banyak peminat. Ini terlihat dari ratusan ibu rumah tangga di Desa Kuala Sekampung, Kecamatan Sragi yang tetap bertahan sebagai penganyam jala untuk mencari penghasilan tambahan. Bahkan akibat jerih payah Tukino (34) selama dua tahun terakhir,  eksistensi jala asal Desa Kuala Sekampung telah sampai ke penjuru pulau di nusantara. Nino, sapaan akrab Tukino menuturkan, menjadi penjual jala sudah dilakoni sejak tiga tahun terakhir. Sampai saat ini setidaknya sudah 100 ibu rumah tangga yang ia berdayakan sebagai pengrajin jalan. “Mewarisi pekerjaan orang tua, sebelum saya bekerja di tambak. Kalau dulu jala dijual orang tua ke agen, tapi sekarang sudah bisa online atau by phone,” kata Nino kepada Radar Lamsel saat ditemui kepada Radar Lamsel, Selasa (5/1) kemarin. Meskipun jama sudah modern, namun kebutuhan jala saat ini masih tinggi. Sekarang jala tak lagi digunakan nelayan untuk menangkap ikan di sungai, namun digunakan untuk memanen udang di tambak intensif. “Harga jala dijual dengan harga berpariasi, mulai dari Rp 750 ribu – Rp 1,4 juta. Tergantung kebutuhan ada jala sampel dan jala panen,” ungkapnya. Ribuan jala dari tangan terampil ibu rumah tangga ini juga terjual hingga penjuru pulau di Indonesia. Mulai dari Sumatera, Bangka, Jawa, Kalimantan, hingga Papua bahkan hingga Malaysia. Dalam sebulan ia mampu mejual 100 jala, dengan omzet puluhan juta rupiah. “Yang pertama kita mengutamakan kualitas benang yang dipakai. Sudah ada 2.000an unit yang sudah saya jual. Bahkan di awal Januari ini saja sudah ada pesanan 50 dari bali dan NTB,” ungkapnya. Desi (40) salah satu pengrajin jala mengungkapkan, menjadi pengayam jala memang banyak diminati ibu rumah tangga di Desa Kuala Sekampung. Menurutnya ada ratusan ibu rumah tangga yang mencari penghasilan dari menganyam jala, untuk mengisi waktu menunggu panen padi tiba. Untuk satu unit jala yang telah selesai dianyam Desi mendapatkan upah sebesar Rp 200 – 300 ribu. “Banyak mas yang mejadi penganyam jala, sebulan bisa dapat empat jala dengan harga Rp 200 untuk satu lembar jala, penampungnya ya keluarga pak Tukino. Dan bisa jadi pengahisilan tambahan ibu-ibu,” pungkasnya.(vid)

Tags :
Kategori :

Terkait