Pelajar SMA Putus Sekolah Nyaris 500

Jumat 22-10-2021,10:05 WIB
Reporter : Redaksi
Editor : Redaksi

KALIANDA – Statistik jumlah pelajar tingkat SMA yang putus sekolah di Lampung Selatan patut menjadi perhatian. Jumlahnya 498 siswa, nyaris menyentuh angka 500.   Kesulitan ekonomi mayoritas jadi alasan para pelajar tersebut putus sekolah. Sebab bukan rahasia umum, bahwa mengenyam pendidikan setara SMA tidak benar-benar gratis sacara kaffah.   Sebanyak 4.063 siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) di Lampung tercatat putus sekolah selama 2021. 4.063 anak SMA yang putus sekolah ini ada di Lampung Barat 227 anak, Lampung Selatan         498 anak, Lampung Tengah 456 anak, Lampung Timur 436 anak, Lampung Utara 170 anak, Mesuji 283 anak, dan Pesawaran 262 anak.   Selanjutnya Pesisir Barat 256 anak, Pringsewu  115 anak, Tanggamus       329 anak, Tulangbawang 233 anak, Tulangbawang Barat 112 anak, Way Kanan 295 anak, Bandarlampung 352 anak dan Metro 39 anak.   Menanggapi hal ini Kabid Pembinaan SMA, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung, Diona Katarina menyebut berbagai faktor sebabkan anak putus sekolah. Di mana, persoalan ekonomi terutama ditengah masa pandemi Covid-19 ini yang buat banyak anak memilih tidak melanjutkan sekolah.   \"Kita sudah berupaya agar anak tetap sekolah. Namun memang banyak kami temukan anak yang berhenti itu karena mereka memilih untuk membantu kedua orang tuanya bekerja,\" beber Diona, Kamis (21/10).   Kemudian, banyak anak putus sekolah juga ditemukan di kabupaten. Apalagi masyarakat pedesaan yang memang minat pada pendidikan masih agak rendah.   Belum lagi ada budaya untuk anak perempuan yang menyebut tidak perlu berpendidikan tinggi. Karena itulah banyak yang memilih menikah padahal diusia masih sangat muda.   \"Tapi kita sudah berupaya. Pihak sekolah pun sampai mendatangi rumah anak. Tapi banyak yang memang anaknya sudah tidak mau, meskipun kita sudah berupaya,\" tambahnya.   Apalagi dengan berbagai kemudahan saat ini. Mulai dari beasiswa yang diberikan daerah melalui Bosda, hingga BOS dari Kementerian. Kemudian ada pula program program Indonesia Pintar (PIP) sekolah. \"Karena itu kami mendorong anak untuk tetap sekolah. Meskipun belum berkenan, kami inginkan anak itu tetap bisa mendapatkan ijazah untuk keberlangsungan anak kedepannya,\" tandasnya. (rnn)

Tags :
Kategori :

Terkait