Pelatih yang menangani Le Aquile sejak musim panas 1994 ini mulai memberi Nesta menit bermain yang rutin. Tak hanya itu, skema membangun serangan dari belakang yang dipakai Zeman juga makin membuat Nesta tersorot.
Zeman mengubah Nesta menjadi bek yang tak hanya bisa menghentikan lawan. Namun, juga memainkan bola, sebuah atribut yang sangat langka di zamannya. Kejeniusannya semakin terlihat kalau Sven-Goran Eriksson datang pada musim panas tahun 1997. Pelatih legendaris asal Swedia ini malah menjadikan Nesta menjadi kapten tim.
Padahal, usianya saat itu baru menginjak 21 tahun. Rupanya keputusan mengejutkan Eriksson ini malah membuat Nesta semakin mengerikan. Kedewasaan dan ketenangannya makin terasa seiring datangnya tanggungjawab yang ia emban.
Perlahan trofi mulai berdatangan. Golnya di Stadio Olimpico ke gawang AC Milan menutup asa Rossoneri untuk membawa pulang trofi Coppa Italia 1998. Kemenangan ini membuat Lazio berhak tampil di Piala Winners UEFA musim berikutnya. Benar saja, di Eropa mereka akhirnya membawa pulang trofi tersebut tahun 1999.
Tetapi trofi ini justru kian membuat Nesta haus. Scudetto adalah harga mutlak di tahun berikutnya. Barulah di musim 1999-2000, Scudetto yang diidam-idamkan itu datang. Lazio yang berisi nama-nama seperti Sinisa Mihajlovic, Marcelo Salas, Juan Sebastian Veron, Pavel Nedved, hingga Roberto Mancini tidak akan bermain-main lagi.
Pada akhir Maret 2000, Juventus sebenarnya masih jadi capolista (pemuncak klasemen). Namun, Lazio saat itu memiliki motivasi yang berbeda. Terutama bagi Nesta sebagai kapten dan warga lokal. Ketika Juve mulai menelan kekalahan di 8 laga terakhir Serie-A musim itu, Lazio malah menyapu bersih 7 laga sisa dengan kemenangan dan satu laga terakhir imbang lawan Fiorentina.
Alhasil posisi 1 akhirnya dikudeta oleh Le Aquile. Jaraknya sangat tipis, cuma satu poin. Walau setipis apapun jaraknya, hasil itu tetap jadi modal yang cukup bagi Nesta untuk membawa pulang scudetto.
Akhirnya mimpi Nesta untuk menjadi jawara di Italia kesampaian, dan yang paling penting ia melakukannya lebih cepat dari AS Roma. Di musim itu juga Copa Italia dan UEFA Super Cup berhasil Lazio dapatkan. Setelahnya Nesta masih memberi sebuah trofi Supercoppa Italiana 2001.