SRAGI, RADARLAMSEL.DISWAY.ID – Banjir luapan Sungai Sekampung yang melanda Desa Bandar Agung, Kecamatan Sragi tak hanya merendam pumukiman masyarakat. Kerugian terbesar akibat dampak banjir justru berada di sektor perikanan budidaya udang dan bandeng.
Berdasarkan data yang dihimpun Radar Lamsel, banjir yang melanda wilayah Bandar Agung sejak 20 Januari lalu setidaknya merendam 447 hektar tambak. Kerugian yang dialami petani tambak ditaksir mencapai Rp 3 milyar.
Sayangnya, bantuan hanya diberikan kepada masyarakat yang terdampak lansung. Sementara di sektor budidaya perikanan selalu tersisihkan setiap bencana banjir melanda.
Dinas Kelautan dan Perikanan Lampung Selatan juga tak pernah memberikan respon atas keluhan petani tambak Desa Bandar Agung. Alih-alih menyalurkan bantuan, tambak masyarakat yang terendam banjir tak pernah mendapat peninjauan.
BACA JUGA:Sah Sebagai Terdakwa, Isnaini Diberhentikan Sementara
Salah satu petani tambak Dusun Sumberjaya, Sudarto (47) mengatakan, banjir yang melanda pada tahun ini lebih parah jika dibandingkan pada tahun 2017 dan 2018 lalu. Meski banjir tahun ini berlangsung lebih singkat, namun debit air lebih tinggi dibanding banjir sebelumnya.
“Debit air lebih tinggi, hal ini yang menyebabkan banyak tambak warga yang terendam banjir luapan Sungai Sekampung,” kata Sudarto kepada Radar Lamsel, Senin (2/3) kemarin.
Anggota Kampung Siaga Bencana (KSB) Desa Bandar Agung ini mencatat, takurang dari 447 hektar tambak udang dan bandeng yang terendam banjir, paling luas berada di Dusun Sumber Jaya. Sementara tambak miliknya yang terendam banjir seluas dua hektar.
“Bukan tambak saja yang terendam banjir. Pondok di tambak juga ikut hancur karena disapu angin puting beliung saat saya sedang menjaga posko pengungsian,” ucapnya.
Kepala Dusun Sumberjaya, Aharudin menuturkan, setidaknya di wiliyahnya ada 350 hektar tambak yang terendam banjir. Kerugian dialami pembudidaya udang dan bandeng berkisar Rp 5 juta hingga Rp 10 juta per hektarnya.
“Kalau yang sudah mau panen kerugian sampai Rp 10 juta. Rata-rata pembudidaya udang dan bandeng mengalami kerugian Rp 7 juta setiap satu hektar tambak,” ucap Aharudin.
Para petani di sektor budidaya udang dan bandeng ini bak anak tiri, mereka selalu tersisih dari perhatian Pemerintah Lampung Selatan. Setiap banjir melanda mereka selalu luput dari bantuan pemerintah.
Aharudin mengaku, dirinya sudah melaporkan kondisi tambak masyarakat yang terendam banjir kepada Dinas Kelautan dan Perikanan Lampung Selatan. Laporan itu disampaikan melalui grup Whatsapp budidaya tambak Lampung Selatan, di dalam grup juga ada kepala Dinas DKP Lampung Selatan Dwi Jatmiko.
“Saya sudah lapor, Mas di grup. Yang di dalamnya ada pak Dwi, Kepala Dinas Perikanan juga. Sudah saya videokan juga tambak yang teredam banjir pak kadis juga sudah lihat,” sambungnya.
Tapi, Dwi Jatmiko tak pernah merespon keluhan pembudidaya tambak Desa Bandar Agung saat ini. Kepala dinas abai atas derita pelaku pembudiya udang dan bandeng Desa Bandar Agung. Padahal udang dan bandeng telah menjadi produk unggulan di Kecamatan Sragi bahkan di Kabupaten Lampung Selatan dan patut mendapat prioritas.