RAJABASA - Pasca mengalami erupsi selama 45 detik, kondisi sekitar Gunung Anak Krakatau (GAK) menimbulkan asap tipi setinggi 50 meter. Namun Rabu (27/6) kemarin, kondisi GAK tak bisa terpantau karena terhalang uap air laut. Akibatnya, pihak Pos Pantau GAK yang terletak di Desa Hargopancoran, Kecamatan Rajabasa tak melakukan pengamatan terkini bagaimana kondisi gunung api itu. Kepala Pos Pantau GAK Andi Suwardi mengatakan, dari pengamatan yang dilakukan, uap yang ada di sekitar GAK itu mulai muncul Selasa (26/7) lalu. Menurut Andi, kemunculan uap itu disebabkan oleh penguapan air laut. Visual kabut dari uap tersebut membuat pihak Pos Pantau GAK tak bisa melakukan pemantauan dengan jelas. “Kami tak bisa memprediksikan berapa tinggi asap yang dikeluarkan GAK sekarang, karena kabut akibat penguapan air laut menghalangi pandangan ke gunung,” kata Andi saat dikonfirmasi Radar Lamsel, Rabu (27/6) kemarin. Dia melanjutkan, penguapan semacam ini merupakan kegiatan rutin yang terjadi di sekitar GAK. Penguapan, kata dia, berlangsung pada periode Mei - Agustus. “Iya, selama periode dua bulan itu biasanya musim kabut,” katanya. Meski demikian, Andi memastikan uap dari air laut itu tak memberikan dampak terhadap GAK. Pasalnya penguapan terjadi karena faktor cuaca panas yang membuat laut mengeluarkan uap. “Kalau kondisi GAK saat ini statusnya masih sama. Itu hanya cuaca saja, cuaca yang panas sehingga menguap. GAK bisa kembali dipantau setelah kondisi cuaca hujan, seperti tanggal 25 pagi saat hujan, siangnya bisa dilihat,” pungkasnya. (rnd)
Terhalang Uap, Kondisi GAK Tak Terpantau
Kamis 28-06-2018,08:06 WIB
Editor : Redaksi
Kategori :