Tukkus, Ikat Kepala Yang Mulai Mewabah di Lamsel

Senin 02-07-2018,08:29 WIB
Reporter : Redaksi
Editor : Redaksi

PENENGAHAN – Tukkus, kerajinan tradisional Lampung berupa ikat kepala yang dibuat dari kain. Menurut cerita, tukkus sudah dipakai masyarakat sejak jaman dulu. Namun, tak diketahui secara pasti sejak tahun berapa dan siapa yang pertama kali membuat tukkus. Meski begitu, tukkus sudah ada pada zaman sebelum Indonesia merdeka. Ini bisa dilihat dari penutup kepala yang digunakan pahlawan nasional Raden Intan II. Baik di lukisan maupun di patung, pahlawan asal Desa Kuripan, Kecamatan Penengahan ini selalu memakai tukkus. Akhir-akhir ini, cukup banyak masyarakat yang memakai tukkus, khususnya di Kecamatan Kalianda dan Kecamatan Penengahan. Pemakaian tukkus pun tak melihat usia, banyak remaja dan orang dewasa yang mengenakannya diberbagai kesempatan, baik acara formal maupun non formal. Mewabahnya pemakai tukkus tentu tak terlepas dari siapa pembuatnya, adalah Khaja Muda, pria kelahiran Desa Kuripan tahun 1984 ini mulai menghasilkan pundi-pundi rupiah dari penjualan tukkus yang dibanderol seharga Rp 75 ribu. Pria yang akrab disapa Khaja ini mengatakan, awal mula ia membuat tukkus karena ikat kepala tersebut bisa dipakai oleh siapapun dan kapanpun. Khaja mengaku, dalam membuat tukkus, secara khusus dia meniru bentuk tukkus yang dipakai oleh Raden Intan II. “Ya, saya meniru gaya tukkus yang dikenakan pahlawan nasional Raden Intan II. Karena itu referensi yang pasti,” katanya saat berbincang dengan Radar Lamsel, Minggu (1/7) kemarin. Dalam sehari, Khaja Muda bisa memproduksi sebanyak 20 tukkus. Menurut dia, tingkat kesulitan dalam membuat tukkus menjadi alasan utama kecilnya produksi tukkus yang ia buat. “Karena proses pembuatannya harus dijahit dengan tangan, semuanya manual,” katanya. Sejauh ini, Khaja Muda mengaku kewalahan meladeni pemesan tukkus dari berbagai kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan. Pemesan pun meliputi berbagai kalangan, mulai dari warga biasa sampai para pejabat. Untuk membantu dalam hal produksi, Khaja Muda dibantu oleh 5 orang karyawannya dalam melakukan pembuatan tukkus. Mereka adalah ibu-ibu rumah tangga yang tak lain adalag tetangganya. “Ya, kalau tidak saya bisa kewalahan. Alhamdulillah dari sini saya juga bisa berbagi rezeki kepada mereka, saat pemesanan membludak,” katanya. Demi melestarikan dan mempopulerkan tukkus, Khaja Muda bersedia memberikan pengarahan bagi anak-anak, remaja dan orang dewasa yang ingin belajar membuat tukkus. “Silahkan, saya akan senang hati mengajari mereka yang ingin membuat kerajinan tradisional Lampung,” katanya. Tak lupa, ia juga meminta pemerintah untuk lebih memperhatikan kesenian semacam ini. “Saya berharap demikian, karena tukkus merupakan kerajinan tradisonal asli Lampung yang saya inginkan kedepannya dapat populer seperti blangkon,” ucapnya. (rnd)

Tags :
Kategori :

Terkait