Harga Jual Gabah Menurun

Selasa 06-10-2020,09:22 WIB
Reporter : Redaksi
Editor : Redaksi

SRAGI – Harga jual gabah kering panen (GKP) pada musim tanam gadu tahun ini, diklaim mengalami penurunan hingga 18 persen jika dibandingkan pada musim panen gadu tahun lalu. Jika harga jual GKP pada musim gadu tahun lalu mencapai Rp 5.000 per kilogram. Pada musim gadu tahun ini harga jual gabah di tingkat petani hanya Rp 4.200 per kilogram. Hal tersebut diutarakan oleh Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (PPOPT) Kecamatan Palas-Sragi, Sumaryo. Meski pada musim tanam gadu tahun ini bisa dilalui  petani tanpa kendala, namun terjadi penurunan harga yang cukup tinggi. “Kalau untuk keberhasilan, pada musim gadu ini diwilayah Sragi ini terbilang sukses, tidak ada hama dan kebutuhan air tercukupi. Tapi yang disayangkan harga jual gabah tidak sebagus musim gadu tahun lalu,” ujar Sumaryo memberikan keterangan kepada Radar Lamsel, Senin (5/10). Sumaryo menuturkan, biasa pada musim panen gadu tiba, harga gabah mengalami lonjakan yang cukup tinggi, Rp 4.500 – Rp 5.000 per kilogram. Namun pada musim panen gadu saat harga gabah sudah turun diangka Rp 4.200. “Harga merosot kemungkinan desebabkan oleh  panen raya, sebab saat ini selain di Lamsel, Lamtim juga sedang musim penen. Belum lagi di daerah Mesuji. Kalau tahun lalu harga memang sangat bagus yaitu mencapai Rp 500 per kwintal,” ungkapnya. Meski begitu, Sumaryo memprediksi harga GKP di tinggkat petani akan tetap bertahan diatas Rp 4.000 hingga musim panen gadu usai. “Kalau Sragi, musim panen belum masuk puncak. Tapi mudah-mudahan harga jual bertahan di atas Rp 4.000. Bahkan akan mengalami kenaikan harga pada menjelang bulan November nanti,” sambungnya. Hal itu juga diami oleh Wanto (45) salah satu petani desa Kuala Sekampung. Meski pada musim gadu tahun ini harga gabah mengalami penurunan, namun petani tetap menglamai keuntungan yang cukup besar, lantaran ada peningkatan hasil panen. Pada musim gadu lalu, kata Wanto, dalam satu hektar hasil panen hanya berkisar 5 – 6 ton. Sedangkan tahun hasil penen mencapai 7 – 8 ton per hektar. “Meskipun harga tidak seperti tahun lalu. Namun petani tetap dapat untung. Rata-rata penghasilan jual gabah pada musim panen saat ini Rp 26 juta, dipotong modal Rp 6,5. Artinya petani masih bisa mengantongi keuntungan sebesar Rp 19,5 juta,” pungkasnya. Terlepas dari pada hal itu, gangguan dan kendala yang harus dihadapi para petani adalah soal harga jual yang menurun akibat membludaknya pasokan barang. Namun, Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (DTPHP) Lamsel mengklaim, penurunan harga GKP masih cukup rasional dan tidak membuat petani merugi. Kepala Bidang Tanaman Pangan DTPHP Lamsel, Mugiono, SP menyatakan, peningkatan produksi pertanian khususnya padi memang dapat terlihat secara kasat mata pada musim panen gadu tahun ini. Sebab, terdapat selisih hamparan luas tanam ketimbang tahun yang lalu. “Kalau tahun lalu, hanya sekitar 28 ribuan hektar luasan tanam kita. Tapi, tahun ini ada sekitar 36 ribuan hektar yang ditanami. Hal ini karena faktor iklim tahun lalu cukup buruk. Asumsinya, dalam satu hektare hasil produksinya mencapai 6 – 9 ton gabah,” ungkap Mugiono kepada Radar Lamsel, Senin (5/10) kemarin. Dia mengamini, iklim cuaca pada tahun ini cukup baik sehingga mempengaruhi kualitas dan hasil produksi yang meningkat. Hal ini bisa diketahui berdasarkan data di lapangan yang dihimpun oleh para petugas. “Apalagi yang dilaporkan puso sangat minim. Bahkan, serangan hama bisa dikendalikan,” imbuhnya. Namun demikian, penurunan harga jual GKP yang hanya berkisar Rp4.200 per kilogramnya dianggap tidak terlalu berpengaruh besar terhadap hasil petani. Sebab, harga tersebut diklaim tidak membuat petani mengalami kerugian. “Memang harganya turun. Tetapi secara perhitungannya masih untung. Apalagi, hasil produksi nya mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada tahun ini ketimbang tahun lalu,” lanjutnya. Disamping itu, kondisi pandemi dinilai juga tidak berpengaruh kepada penjualan tanaman pangan. “Sebab, kebutuhan pangan bersifat pokok. Jadi, tidak perlu dijual ke luar daerah. Karena kita disini saja masih banyak yang mau membelinya,” pungkasnya. (red)

Tags :
Kategori :

Terkait

Terpopuler

Senin 02-12-2024,08:21 WIB

Iklan Kehilangan