Pelayanan ala Preman Jalanan Dikeluhkan
Selasa 26-09-2017,08:47 WIB
Reporter : Redaksi
Editor : Redaksi
Sempat Berkilah Hoax, GM ASDP Bakauheni Minta Maaf
BAKAUHENI – Pelayanan pelabuhan penyeberangan PT. ASDP Cabang Bakauheni, Lampung Selatan dikeluhkan. Pemicunya, salah seorang sopir truk dipaksa masuk ke salah satu kapal motor penumpang (KMP) Sebuku di Dermaga III Pelabuhan Bakauheni, Senin (25/9) kemarin.
Bak preman jalanan, petugas dalam pelabuhan bahkan menarik tangan sopir truk yang belakangan diketahui bernama Hasby, warga Lampung Timur, hingga mengalami luka.
Informasi yang dihimpun Radar Lamsel, Hasby tiba di Pelabuhan Bakauheni sekitar pukul 11.30 WIB, Senin (25/9) kemarin. Ia lantas membeli tiket untuk berlayar ke Pelabuhan Merak, Banten. Setelah membeli tiket, ia yang hendak menuju dermaga VI Pelabuhan Bakauheni lantas diberhentikan oleh sejumlah petugas untuk menaiki KMP Sebuku yang tengah bersandar dan membuka pelayanan di dermaga III.
“Kejadiannya sekitar pukul 11.50 WIB. Truk saya diberhentikan dengan cara yang tidak baik. Dipukul-pukul. Seorang Satpam menarik tangan saya yang mengakibatkan luka karena terkena pintu mobil,” ungkap Hasby yang dihubungi Radar Lamsel melalui sambungan telepon, kemarin.
Hasby mengaku kecewa dengan pelayanan PT. ASDP Cabang Bakauheni. Saking kecewanya ia lantas memposting dugaan pemaksaan yang berbau penganiayaan itu ke media sosial facebook. Melalui akun Hasby Alfathir, ia memposting sejumlah foto termasuk tangannya yang mengalami luka.
Dipaksa naik KMP Sebuku saya dikroyok petugas dibakau sampai lengan terluka. Apa iki kekerasan termasuk aturan asdp bakauheni?? Begitu postingan Hasby. Hingga pukul 16.44 WIB kemarin, postingan ini sudah dibagikan sebanyak 26 kali dan mendapatkan 84 komentar. Beberapa komentar warganet bahkan menyarankan agar Hasby untuk lapor polisi. “Kalau dikeroyok lapor polisi saja biar diproses,” tulis Praja Wayan Tumari.
Dikonfirmasi Radar Lamsel, Hasby mengakui postingan itu dia yang membuat. Ia berharap pelayanan di pelabuhan bisa lebih baik dan ramah. “Saya sangat kecewa. Benar-benar nggak ramah. Yang saya tahu kalau sudah beli tiket kan bebas memilih kapal apa saja yang mau dinaiki,” keluh Hasby.
Disinggung mengenai dugaan kekerasan dan penganiayaan yang dilakukan petugas ASDP, ia membenarkannya. Menurut dia yang melakukan tindakan itu adalah seorang petugas satuan pengamanan (Satpam). “Saya tidak tahu namanya. Tapi kalau lihat orangnya saya paham,” ujar dia.
Setelah peristiwa itu, Hasby memutuskan untuk tidak menuju dermaga VI. Ia berdiam sejenak di dermaga III tetapi tidak juga naik KMP Sebuku namun naik pelayanan kapal setelahnya. “Saya ndak tau ya ini naik kapal apa?,” ujar Hasby yang saat ditelepon Radar Lamsel tengah berada di tengah laut.
Mengapa tak melapor ke polisi? Ditanya seperti itu Hasby sempat diam. Namun, menurut dia, ia dilarang untuk melapor oleh rekan-rekannya yang menjadi pengurus truk. “Terus terang saya emosi. Tapi didingini oleh teman-teman (Petruk). Ya, mau bagaimana? Saya berpikir meski melapor, saya ini cuma orang kecil,” ungkapnya.
Dikonfirmasi terpisah, General Manager (GM) PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Bakauheni Anton Murdianto sempat berkilah bahwa peristiwa pemaksaan yang berbau penganiayaan itu adalah hoax. “Saya tanya ke masing-masing supervisi, berita itu nggak bener bos,” tulis Anton kepada Radar Lamsel melalui pesan WhatsApp kemarin.
Setelah Radar Lamsel menyampaikan bukti wawancara dengan korban, Anton tak lagi berkilah, malah meminta maaf atas nama PT. ASDP.
Setelah mendengar hasil wawancara itu, Anton mengungkapkan bahwa masyarakat yang hendak menyeberang masih belum tahu jika setiap kendaraan bermotor yang memasuki kawasan pelabuhan wajib memasuki area muat kendaraan setiap dermaga sesuai jadwal pelayanan.
Hal itu, kata Anton, berdasarkan SK Kepala Kantor Otoritas Penyeberangan Pelabuhan (OPP) No. 23 tahun 2016 yang merupakan tindaklanjut dari Peraturan Menteri (PM) No. 29 tahun 2016 tanggal 12 Maret.
“Saya mewaliki teman-teman security mohon maaf atas kurang sopannya dalam menjalankan tugas mengingat mereka yang menjalankan tugas sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Saya juga akan melakukan pembinaan kepada tim dalam pelayanan kepada pengguna jasa,” ungkap Anton.
Mengenai dugaan penganiayaan yang dilakukan Satpam, Anton membantahnya. Menurut dia, mobil yang dikendarai Hasby hendak menabrak security karena yang bersangkutan tidak mau diarahkan sesuai dengan jadwal kapal. Sehingga security mengambil tindakan memegang tangan sopir untuk diarahkan ke dermaga pemuatan yaitu dermaga III.
Begitu juga dengan petugas yang memukul-mukul kendaraan truk itu dilakukan agar sopir truk tersebut bisa masuk ke dermaga III. “Sudah saya konfirmasi. Menurut security yang bersangkutan mau menabrak saat diarahkan ke dermaga III. Makanya tangannya dipegang untuk diarahkan,” pungkas Anton. (edw/man)
Tags :
Kategori :