Petani Keluhkan Bantuan Sumur Bor
SRAGI – Petani Desa Bhaktirasa, Kecamatan Sragi yang tergabung dalam Gabungan Kelompopk Tani (Gapoktan) Sinar Bhakti di desa setempat mengeluhkan sumur bor hasil bantuan pemerintah Provinsi Lampung melalui Balai Besar Waymesuji- Sekampung. Bantuan sarana pertanian untuk petani di Desa Bhaktirasa itu belum bisa dirasakan secara merata manfaatnya oleh petani setempat. Pasalnya, saat petani ingin memulai mengolah lahan sawah, pihak pengelola yakni Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (Upja) Rukun Sentosa yang tergabung dalam Gapoktan mempersulitnya. Dengan alasan harus antri terlebih dahulu. Diketahui sumur bor tersebut berkapasitas 21 PK dengan dua selinder. Sementara kedalaman sumur bor mencapai 120 meter dengan daya jangkau mampu mengairi 25 hektar lahan lebih. IG (43), salah satu petani yang tergabung dalam Gapoktan Sinarbhakti mengatakan, saat dirinya dan anggota kelompok lainnya ingin memulai mengolah lahan sawah menggunakan sumur bor tersebut pihak Upja selalu mengenyampingkan mereka. Alasannya, jika ingin memakai sumur bor tersebut harus antri. Perlakuan tersebut dirasakan oleh petani sudah 5 tahun lamanya. Karena itu dirinya dan beberapa poktan lainnya memutuskan untuk tidak hadir dalam setiap pertemuan antar kelompok tani. Poktan Desa Bhaktirasa berharap kepada pihak terkait dapat menyelesaikan persoalan tersebut. “Kenapa harus dipersulit, jika masalahnya biaya oprasional hal itukan bisa diselasaikan secara musyawarah dalam pembahasan kelompok, jangan memutuskan sendiri,” ujar laki-laki yang enggan dikorankan namanya, kemarin. Selain itu Ig mengatakan, sejak masalah itu mencuat, kepengurusan Poktan tidak berjalan dengan baik. “Sampai saat ini, petani setiap menggarap lahan memakai jasa diluar kepengurusan Poktan,”tuturnya kepada Radar Lamsel di lokasi lahan sawah miliknya. Sementara Ketua Gapoktan Sinarbhakti sekaligus Ketua Upja Rukun Sentosa Purwanto membantah laporan petani setempat. Dia mengatakan, dirinya setiap pertemuan kelompok mengundang Poktan dengan harapan agar dinamika kelompok dapat berjalan dengan baik. Selain itu, kata Purwanto, soal Poktan yang ingin memanfaatkan sumur bor dirinya siap 24 jam untuk melayani dengan catatan biaya oprasional harus ditanggung sendiri-sendiri. “Poktan setiap diajak kumpul anggota untuk membahas kendala dan keluhan susah. Setiap diadakan pertemuan beberapa Poktan tidak pernah hadir. Wajar mereka tidak mengetahui informasi dan program kegiatan elompok. Namun saya sudah informasikan kepada seluruh Poktan jika ingin pakai sumur bor silahkan datang kepada saya, saya siap 24 jam untuk melayani, tapi biaya ditanggung sendiri,” tutur Purwanto.(CW2).
Sumber: