Mandi Malam Ditempat yang Tak Lazim, Niat Ingin Hajikan Orang Tua
Lima bulan lebih Hartati (35), warga Desa Kampung Baru, Kecamatan Penengahan, meninggalkan rumah. Keberadaannya yang tak diketahui hingga saat ini membuat psikologi keluarga terganggu. Utamanya, SF (16), anak semata wayang Hartati dan mantan suaminya, A. Syafaruddin. Laporan Edwin Apriandi, KALIANDA AWALNYA pihak keluarga tak menaruh curiga apapun. Sikap positif tinking selalu ditunjukan pihak keluarga atas kepergian Hartati meninggalkan rumah pada Agustus 2015 lalu. Tetapi heboh Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) mengusik gejolak hati yang selama ini disimpan rapi oleh keluarga. Terlebih sebelum meninggalkan rumah, Hartati menunjukan sikap yang anti mainstrem dalam urusan ibadah. Mulai dari tidak perlu menjalankan ibadah shalat wajib jika tidak hafal seluruh ayat suci Al-Qur’an, puasa hanya setengah hari, mandi malam yang dilakukan ditempat yang tak lazim. Keluarga pun khawatir Hartati terjerumus dalam aliran yang sesat. Alhasil, niat untuk mencarinya kian kuat. Ditambah lagi psikologi orangtuanya dan anaknya mulai terganggu. Dua bulan setelah kepergian Hartati, pihak keluarga sebenarnya sudah ingin melaporkan kepada aparat kepolisian akan kasus kehilangan keluarga. Namun, karena kepergian Hartati bersama Taufik, temannya, membuat aparat kepolisian berspekulasi dini hubungan percintaan. “Saat itu niat kami untuk melapor batal. Karena ada anggapan kaburnya anak saya sebagai hal yang wajar dalam hubungan orang dewasa,” cerita Zaenamat (70), ayah Hartati kepada Direktur LBH Kalianda M. Husni di Kantor LBH Kalianda di Jl. Kesumabangsa, Kalianda, kemarin. Zaenamat memang sengaja datang ke LBH untuk mengadukan persoalan yang tengah dihadapi keluarganya. Ia berharap LBH Kalianda dapat memfasilitasi dan mendampingi keluarga untuk mencari Hartati. “Sekarang lagi ramai soal Gafatar. Saya khawatir anak saya ikut-ikutan kesana (Kalimantan Barat),” ungkap dia. Dalam penyampaian kronologis kaburnya Hartati ke LBH, pihak keluarga memang menduga kuat ada yang tidak beres dengan psikologi anaknya. Sebab, setelah berkenalan dengan Taufik, Hartati, seperti terbaiat terhadap aliran tertentu. Tak hanya Hartati, sejumlah warga lainnya termasuk anak Zaenamat yang tua, kakak Hartati juga ikut-ikutan mandi malam ditempat yang tak lazim. Namun, anak tuanya itu hingga kini masih ada dirumah. Zaenamat mengatakan, Taufik merupakan orang baru didesanya. Sebab, Taufik datang ke desanya sekitar Juni 2015. Lalu pergi bersama Hartati, Agustus 2015. Meski baru datang, hubungan sosial kemasyarakatan yang dibangun memang cukup baik. Sampai pada akhirnya ada ajaran-ajaran yang ditularkan kepada anaknya, Hartati. “Ajarannya nggak perlu shalat kalau tidak hafal Al-Qur’an dan artinya. Puasa juga cukup setengah hari saja. Saya sempat katakan saat itu bahwa itu ajaran yang salah,” cerita Zaenamat. Masyarakat setempat memang tidak tahu persis darimana datangnya Taufik ke desa itu. Yang masyarakat tahu, saat Taufik datang langsung ditampung oleh salah seorang warga, yakni Supri. “Sebelum pergi Hartati juga sempat bilang bahwa ada ajaran Islam yang akan membuat dirinya cepat kaya dengan prospeks ekonomi yang bagus. Dia juga pernah ngomong mau memberangkatkan saya naik haji,” ujar Zaenamat. Direktur LBH Kalianda M. Husni mengungkapkan akan mendampingi pihak keluarga untuk melakukan pencarian. Ia juga mengaku akan berkoordinasi dengan aparat kepolisian baik Polres Lamsel maupun Polda Lampung. Dugaan mengenai hilangnya Hartati karena keterlibatan mengikuti organisasi Gafatar, Husni menilai hal itu belum dapat disimpulkan. “Yang jelas, kita akan melakukan pengecekan terlebih dahulu. Koordinasi dengan aparat kepolisian,” ungkap Husni. Dari informasi yang dihimpun, orang-orang yang teridentifikasi organisasi Gafatar akan dipulangkan ke kampung halamannya termasuk beberapa orang diantaranya merupakan warga Lampung Selatan. “Pokoknya nanti kita cek. Apakah ada atau tidak. Kalau memang ada, ya kita pulangkan kepada orang tua. Prinsipnya kita akan koordinasikan dengan pihak kepolisian,” ungkap dia. (*)
Sumber: