Hiswana Migas Akan Cek Kelangkaan Gas Elpiji 3 Kilogram

Hiswana Migas Akan Cek Kelangkaan Gas Elpiji 3 Kilogram

PENENGAHAN – Keberadaan gas elpiji 3 kilogram di Kecamatan Penengahan mulai langka. Menurut informasi, kelangkaan gas melon ini sudah terjadi sejak 2 pekan lalu. Belum diketahui apa penyebab utama kelangkaan ini, namun warga mengaku gas tersebut memang sulit ditemukan di warung-warung desa dan pangkalan yang ada di wilayah kecamatan. Anti (34), warga Kecamatan Penengahan mengaku pusing dengan kondisi seperti ini. Semenjak kelangkaan ini terjadi, Anti mengatakan, Ia harus berkeliling mencari gas elpiji yang digunakan untuk kebutuhan memasak sehari-hari. Jika tak menemukan gas elpiji tersebut, Anti mengaku terpaksa menggunakan peralatan tradisional untuk memasak. “Sulit sekali, mas. Sudah dua minggu ini nyari keliling-keliling. Kadang nemu, kadang juga enggak. Kalau kosong, ya terpaksa pakai tungku buat masak,” katanya kepada Radar Lamsel, Selasa (5/3) kemarin. Kelangkaan tersebut diamini oleh Andi (34), pria pemilik warung yang menjual gas elpiji 3 kilogram ini juga mengaku kesulitan mencari barang. Biasanya, Andi mendapat suplai gas elpiji 3 kilogram secara rutin dari dua pangkalan di Kecamatan Penengahan. Tetapi saat ini, Ia tak pernah lagi mendapat suplai dari ke dua pangkalan itu. “Kalau yang satu kosong, yang satunya mengisi, giliran. Tapi sekarang ini sudah lama, saya pernah tanya ke pangkalan, katanya barang memang lagi kosong dari sananya,” katanya. Secara otomatis, kelangkaan tersebut juga memengaruhi harga gas elpiji 3 kilogram. Andi mengatakan saat ini harga per tabung sudah mencapai harga Rp28 ribu. Meningkat Rp6 ribu dari harga sebelumnya. “Sebelumnya harga Rp22 ribu, tapi sekarang ini harga sudah mencapai Rp28 ribu. Mungkin kondisi lagi susah makanya harga cepat naik,” katanya. Radar Lamsel mencoba mengecek keberadaan gas elpiji 3 kilogram di SPBU Kekiling. Benar saja, stok gas di SPBU ini juga mengalami kekosongan sejak Senin (4/3) lalu. Menurut petugas SPBU Kekiling, suplai gas elpiji 3 kilogram biasanya dilakukan pada Senin – Jumat. Namun, setiap kali pengisian stok gas tersebut langsung ludes karena abyaknya warga yang mengantre. “Kalau pengisian rutin, tapi tiap datang langsung habis karena banyak yang antre. Kayak Senin kemarin kan datang, warga yang sudah menunggu langsung beli, jadi yang telat enggak kebagian,” katanya. Ditanya mengenai jumlah gas elpiji 3 kilogram yang disuplai, petugas SPBU ini tak mengetahui secara pasti. “Kalau soal itu sayang kurang paham, mas. Yang jelas seminggu itu barang datang dua kali,” katanya. Dikonfirmasi mengenai kelangkaan ini, Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswana Migas) Lampung berencana melakukan inspeksi mendadak (sidak) di tempat-tempat usaha besar yang disinyalir menggunakan gas bersubsidi tersebut. Ketua Bidang Elpiji Hiswana Migas Lampung, Adi Candra, membenarkan rencana itu. Adi pun memprediksi jika kelangkaan gas elpiji disebabkan oleh konsumsi usaha mikro yang melebihi aturan regulasi, yaitu pemakaian 9 tabung per bulan meningkat menjadi 30 tabung per bulan. “Ini prediksi sementara ya. Rencana mau sidak kunjungan dulu, kita kunjungan ke lapangan mau di cek dulu. Supaya bisa memastikan kenapa dan apa penyebabnya,” katanya. Kelangkaan gas elpiji 3 kilogram ini mengulangi cerita tahun lalu. Di mana, gas melon tersebut juga mengalami kelangkaan hebat. Sampai-sampai pihak Hiswana Migas Lampung turun tangan mencari pemicu kelangkaan ini. Bahkan, untuk mengurangi kelangkaan, Hiswana Migas Lampung harus menggelar operasi pasar (OP) secara bergilir di beberapa kecamatan. (rnd)

Sumber: