Pelanggaran Regulasi Sebabkan Kelangkaan Gas Elpiji 3kg
PENENGAHAN – Beberapa waktu lalu, gas elpiji 3 kilogram di wilayah Kecamatan Penengahan mulai mengalami kelangkaan. Sampai saat ini, gas melon tersebut masih sulit didapatkan. Secara otomatis, kondisi ini memicu kenaikan harga jual gas elpiji 3 kilogram di wilayah yang mengalami kelangkaan itu. Ketua Bidang Elpiji Hiswana Migas Lampung Adi Chandra memprediksi kelangkaan gas elpiji 3 kilogram itu disebabkan oleh konsumsi usaha mikro yang berlebih. Menurut regulasi, konsumsi usaha mikro hanya diperbolehkan memakai gas elpiji 3 kilogram sebanyak 9 tabung per bulan. “Ini prediksi sementara ya. Meningkatnya kegiatan usaha mikro yang tumbuh pesat, hal ini menyebabkan konsumsi usaha mikro yang berlebih dari aturan regulasinya. Harusnya 9 tabung perbulan, meningkat jadi 1 tabung per hari. Kalau dihitung, jadi sebulannya bisa 30 tabung lebih,” kata Adi saat dikonfirmasi Radar Lamsel, Kamis (14/3) kemarin. Selain itu, Adi juga mengemukakan prediksi lain. Menurut dia, kelangkaan gas elpiji 3 kilogram juga bisa disebabkan oleh ketidaksadaran masyarakat. Adi mengatakan, banyak masyarakat yang mampu tetapi masih menggunakan gas elpiji 3 kilogram. Padahal gas subsidi itu diperuntukkan bagi masyarakat miskin. “Masih banyak masyarakat mampu yang ikut menggunakan, ini tidak bisa dipungkiri. Selain beberapa hal tersebut, pasti ada juga faktor lain. Karena ini masalah musiman, dan persoalannya hampir pasti sama,” katanya. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), kata Adi, yang berhak atas penggunaan gas elpiji 3 kilogram bersubsidi di wilayah Lampung hanya berjumlah 1.050.000 kepala keluarga (KK). Sedangkan penduduk di Lampung mencapai 5 sampai 7 juta KK. Jika orang mampu ikut memakai gas bersubsidi, jelas hal itu akan menimbulkan kelangkaan. “Kalau orang mampu yang tidak berhak ikut memakai juga, ya jelas langka karena alokasinya tidak cukup. Usaha mikro di Lampung kurang lebih 60.000, ketentuan sesuai regulasinya 9 tabung perbulan, kalau pemakaiannya lebih dari itu, ya langka juga,” katanya. Diberitakan sebelumnya, keberadaan gas elpiji 3 kilogram di Kecamatan Penengahan mulai langka. Menurut informasi, kelangkaan gas melon ini sudah terjadi sejak 2 pekan lalu. Belum diketahui apa penyebab utama kelangkaan ini, namun warga mengaku gas tersebut memang sulit ditemukan di warung-warung desa dan pangkalan yang ada di wilayah kecamatan. Anti (34), warga Kecamatan Penengahan mengaku pusing dengan kondisi seperti ini. Semenjak kelangkaan ini terjadi, Anti mengatakan, Ia harus berkeliling mencari gas elpiji yang digunakan untuk kebutuhan memasak sehari-hari. Jika tak menemukan gas elpiji tersebut, Anti mengaku terpaksa menggunakan peralatan tradisional untuk memasak. “Sulit sekali, mas. Sudah dua minggu ini nyarikeliling-keliling. Kadang nemu, kadang juga enggak. Kalau kosong, ya terpaksa pakai tungku buat masak,” katanya. (rnd)
Sumber: