100 Hektar Kakau Diserang Hama PBK
PENENGAHAN – Lahan kakau seluas 100 hektar di Desa Padan, Kecamatan Penengahan menjadi korban keganasan hama penggerek buah kakau (PBK). Jika melihat luasnya, sangat wajar bila warga di desa setempat sangat khawatir akan dampak hama PBK yang menimbulkan kerusakan terhadap biji kakau. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura (DPTPH) Kabupaten Lampung Selatan melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelaksanaan Penyuluh Pertanian (P3) Kecamatan Penengahan melakukan pengecekan lahan kakau di desa itu. Instansi yang menangani masalah pertanian dan perkebunan ini menyatakan hama PBK penyebab kerusakan biji kakau. Kepala UPT P3 Kecamatan Penengahan, Sutrisno, S.P mengaku sudah mengetahui cara untuk membasmi hama PBK. Sutrisno menyarankan agar petani kakau melakukan pemangkasan ranting dan dahan, serta buah yang tidak produktif atau tidak berisi. Kemudian, petani harus memanen buah kakau secara rutin 4-7 hari sekali. “Kami anjurkan petani memakai obat nurbesan untuk pengedalian hama PBK-nya. Untuk memulihkan kondisi kakau, perlu tindakan yang rutin, musnahkan buah yang terkena. Bila perlu dibakar supaya tidak berkembang. Harus dilakukan seminggu sekali,” katanya kepada Radar Lamsel, Senin (25/3) kemarin. Sutrisno melanjutkan, saran berikutnya petani harus membungkus buah kakau supaya terlindung dari serangan atau penularan virus yang disebabkan oleh hama PBK. Menurut dia, jika kegiatan itu rutin dilakukan, maka batang kakau akan pulih dalam jangka waktu 90 hari. “Buahnya dibungkus supaya terlindung. Kami memprediksi 3 bulan bisa pulih asal dilakukan bersama-sama secara rutin,” katanya. Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) Kecamatan Penengahan, Syafruddin, mengamini saran tersebut. Syafruddin menambahkan, petani juga harus membuat lahan khusus sebagai tempat pembuangan kulit kakau. Kemudian, Ia juga menyarankan agar petani menanam bunga refugia di sekitar batang kakau. “Dilanjutkan dengan pemupukan yang berimbang, karena batang kakau adalah tanaman yang selalu berbuah tak kenal musim. Petani juga perlu melestarikan musuh alami jenis semut,” katanya. (rnd)
Sumber: