Ketinggian Gunung Anak Krakatau Bertambah 47 Mdpl

Ketinggian Gunung Anak Krakatau Bertambah 47 Mdpl

RAJABASA – Ketinggian Gunung Anak Krakatau (GAK) perlahan meningkat. Rabu (27/3) kemarin, Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Badan Geologi (PVMBG) melalui Pos Pemantau GAK Desa Hargopancoran menyatakan ketinggian tubuh gunung api itu sudah mencapai 157 meter di atas permukaan laut (mdpl). Sebelumnya, ketinggai GAK mencapai 110 mdpl.           Kepala Pos Pemantau GAK Andi Suwardi saat dikonfirmasi Radar Lamsel membenarkan jika tinggi gunung api itu telah mencapai 157 mdpl. Andi menjelaskan, penambahan ketinggian dikarenakan tumpukan hasil erupsi setelah tsunami yang menerjang wilayah pesisir Kecamatan Rajabasa pada Desember lalu.           “Iya (naik’red), sekarang tingginya 157 mdpl. Penambahan ini disebabkan oleh erupsi yang terus-menerus dikeluarkan Gunung Anak Krakatau sejak tsunami,” katanya.           Informasi yang dihimpun Radar Lamsel, berdasarkan laporan Volcano Activity Report (VAR) pada 21 Februari 2019, tubuh GAK berada di ketinggian 110 meter di atas permukaan laut (mdpl). Artinya, sejak 21 Februari hingga 27 Maret, tinggi tubuh Gak mengalami peningkatan 47 meter.           Dari laporan VAR, kemarin, secara meteorologi cuaca di GAK cenderung cerah dan berawan. Angin bertiup lemah ke arah timur laut, timur, dan barat. Suhu udara 24.8-29.4 celsius, dengan kelembaban udara 75-90 persen, dan tekanan udara 0-0 milimeter merkuri Hydrargyrum (mmHg). Secara visual, gunung jelas hingga kabut 0-III. Asap kawah tidak teramati. Status kegempaan dan hembusan dengan jumlah : 4, amplitudo : 7-23 mm, serta durasi : 28-63 detik. Vulkanik dalam jumlah : 1, amplitudo : 40 mm, S-P : 2.6 detik, durasi : 17 detik. Tremor menerus Amplitudo 1-5 dominan 1 mm. Pihak Pos Pengamatan GAK mengatakan ketinggian GAK berpotensi mengalami peningkatan jika erupsi secara terus-menerus. “Ya, kalau ada erupsi ketinggian GAK bisa bertambah akibat tumpukan material erupsi,” katanya. Awal pekan lalu, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengeluarkan siaran pers Nomor: 247.Pers/04/SJI/2019 yang menjelaskan bahwa penurunan status GAK terhitung sejak 12.00 WIB, kemarin. Hasil pengamatan dan analisis data visual maupun instrumental hingga tanggal 25 Maret 2019, tingkat aktivitas Gunung Anak Krakatau cenderung menurun walau pun berfluktuasi kecil. Potensi erupsi masih juga ada, namun dengan intensitas yang kecil dibandingkan periode erupsi Desember 2018. Sebaran material hasil erupsi yang membahayakan hanya tersebar pada radius 2 kilometer dari kawah aktif Gunung Anak Krakatau. Secara visual, Gunung Anak Krakatau, pasca periode erupsi intensif sejak Juni 2018 - 9 Januari 2019 masih sesekali mengeluarkan letusan asap putih uap air dengan tinggi kolom asap maksimal mencapai 1.000 meter di atas puncak. Pengamatan energi tremor cenderung menurun walau pun berfluktuatif. Serta tidak memperlihatkan indikasi deformasi yang signifikan pada tubuh gunung api. Penurunan status ini sedikit mengurangi kekhawatiran masyarakat akan dampak yang bisa ditimbulkan oleh gunung api aktif itu. PVMBG tidak mengizinkan masyarakat mendekati Gunung Anak Krakatau dalam radius 2 kilometer dari kawah aktif. Masyarakat di wilayah pantai Provinsi Banten dan Lampung diminta tetap tenang dan jangan mempercayai isu-isu tentang erupsi Gunung Krakatau yang akan menyebabkan tsunami. (rnd)

Sumber: