Destinasi Pantai Masih Sepi Pengunjung
RAJABASA – Wilayah pesisir Kecamatan Rajabasa memang terkenal dengan destinasi wisatanya. Banyak pengunjung baik dari dalam maupun luar daerah yang berwisata ke pantai-pantai pesisir Rajabasa. Namun itu terjadi sebelum tsunami yang menerjang wilayah itu pada 22 Desember 2018 lalu. Sekarang, wilayah pantai pesisir Rajabasa masih sepi pengunjung. Hal ini disebabkan belum pulihnya sektor wisata di wilayah ini. Masyarakat juga masih belum fokus terhadap destinasi wisata karena masih terhalang oleh urusan pemulihan di sektor sosial kemasyarakatan. Warga Desa Kunjir, Rudi (28), mengamini jika destinasi wisata di wilayahnya masih sepi pengunjung. Meski demikian, Rudi mengatakan masih ada saja pengunjung yang datang ke lokasi wisata di Desa Kunjir untuk sekadar melihat-lihat pantai dan kondisi di wilayah pedesaan. “Ya, sepi-sepi seperti itulah. Paling ada beberapa yang datang, itu juga bukan berwisata, tapi melihat kondisi di sini,” katanya kepada Radar Lamsel, Kamis (28/3) kemarin. Rudi mengatakan, saat ini warga desanya hanya memanfaatkan sarana seadanya sebagai tempat bermain. Salah satu lokasi yang paling sering dikunjungi oleh masyarakat adalah Jembatan Sikop yang terletak di pinggir jalan raya Desa Kunjir yang dibangun oleh masyarakat beberapa waktu lalu. “Kalau di Kunjir, ramainya paling di situ. Soalnya tempatnya rada asyik. Tempat yang lain saya kurang paham, tapi sepertinya masih sepi-sepi saja,” katanya. Fahtur (29), warga lainnya mengakui banyak destinasi wisata yang hancur pasca diterjang tsunami. Sebagai masyarakat, Ia mengaku sedih atas kondisi yang menimpa wilayah pesisir. Sebab, wilayah itu dianggap telah mengalami banyak perubahan pasca bencana hebat tersebut. “Yang paling jelas terlihat dari kunjungan tempat wisata ya. Dulu kan banyak, hampir setiap hari pengunjung datang, apalagi akhir pekan. Sekarang tidak ada lagi yang begitu, paling yang datang hanya warga yang kumpul sama makan-makan di pinggir pantai,” katanya. Selain di Rajabasa, dstinasi wisata pantai Belebuk, Desa Totoharjo, Kecamatan Bakauheni juga masih sepi pengunjung. Berbagai sarana dan fasilitas di pantai ini belum diperbaiki pasca diterjang tsunami. Selain destinasi wisata,dampak akibat bencana tsunami begitu terasa bagi bisnis perhotelan yang berada di kawasan pantai. Hingga Maret ini, jumlah tamu di dua hotel besar yaitu Kahai Krakatau Beach, dan Grand Elty Krakatoa merosot tajam. Pasca bencana besar itu, jumlah tamu di Kahai mengalami penurunan sebanyak 80 – 90 persen dari biasanya. Besarnya angka penurunan tersebut tentu memberikan imbas terhadap pemesanan occupancy atau hunian yang rata-rata hanya terisi 10 – 20 persen. Manager Kahai Krakatau Beach, Agustin, mengamini jumlah penurunan tamu dan occupancy di hotelnya itu. Agustin pun tak menampik jika hal itu memang disebabkan oleh bencana tsunami yang menerjang wilayah pesisir Rajabasa. Selain penurunan, bencana ini juga menyulutkan niat tamu yang telah memesan kamar di hotel ini. “Bukan merosot lagi, tapi hancur. Tamu yang udah DP bulan Mei sama Juni aja pada minta batal, mereka ini yang DP tahun lalu sebelum kejadian tsunami,” kata Agustin. Manajemen Grand Elty Krakatau juga mengakui jika bencana tsunami beberapa waktu lalu memang masih memberikan rasa bagi pengunjung hotel. Kondisi ini menyebabkan pencapaian target pengunjung dan occupancy Grand Elty meleset jauh. Operasional Manager Grand Elty Krakatoa, Yundi Nayadilaga, mengamini jika bencana tsunami beberapa waktu lalu memang menjadi pemicu utamanya. Sejauh ini, jumlah tamu yang berkunjung ke Grand Elty tak pernah lebih dari 11 persen dari seluruh occupancy yang ada. “Januari – Februari hanya 10 persen. Januari hampir gak ada tamu. Februari rata-rata 1 kamar. Mulai pertengahan Maret ini baru agak bergerak, sampai tanggal 21 kemarin pengunjung baru 19 persen,” katanya. (rnd)
Sumber: