Pemdes Bulok Jual Lukisan Unik Berbahan Alami
KALIANDA – Kabupaten Lampung Selatan terus memunculkan produk-produk yang dihasilkan dari kesenian buatan tangan. Selain kesenian tapis dan tukkus yang lebih dulu populer di kabupaten ini, sekarang muncul lukisan unik yang dibuat dari bahan-bahan limbah alami seperti pelepah pisang, rumput, dan kulit padi. Karya seni yang diproduksi di Desa Bulok, Kecamatan Kalianda ini memiliki nilai kreativitas dan daya tarik yang cukup tinggi. Demi memaksimalkan pemasaran, Pemerintah Desa Bulok menjual produk kesenian ini di Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) mereka. Namun sejauh ini, upaya tersebut belum terlalu maksimal. Kepala Desa Bulok, M. Kuswanto, mengatakan produksi lukisan berbahan alami itu sudah dikenalkan sejak 5 bulan yang lalu. Tepatnya pada perhelatan Kalianda Fair (KF) 2018 yang digelar di lapangan Cipta Karya. Kuswanto mengatakan perkenalan lukisan di ajang itu cukup menyita banyak perhatian dari kalangan masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan. Saat itu, Kuswanto mengaku sempat mendapat tawaran dari Dekranasda yang tertarik dengan lukisan itu. Namun hal itu hanya terjadi saat gelaran Kalianda Fair, dan sampai sekarang belum ada kabar baru dari Dekranasda mengenai lukisan tersebut. “Pernah ada tawaran dari Dekranasda, kami pun menyambut baik. Tapi hal itu sebatas obrolan pada saat itu, sekarang kami masih menunggu,” katanya kepada Radar Lamsel, Selasa (9/4) kemarin. Kuswanto mengatakan pihaknya tak bisa jika harus terus menunggu kabar, sebab mereka juga tidak mengajukan bagimana cara pemasan produk lukisan 3d tersebut kepada pihak Dekranasda. Tetapi, Pemerintah Desa Bulok memiliki cara yang cukup jitu dalam memasarkan produk lukisan dan kain tapis buatan lokal. “Caranya, pemerintah desa melalui BUMDes terus menjalin kerja sama dengan pembuat lukisan dan kain tapis. Sampai saat ini masih berjalan,” katanya. Menurut Kuswanto, pemasaran melalui BUMDes adalah cara jitu karena bisa membantu dan memperluas ruang produksi dan pemasaran yang dianggarkan melalui dana desa (DD). Sejauh ini, pemasaran lukisan masih bermain di lokal dengan harga berkisar antara Rp100 - Rp150 ribu. Beda halnya dengan kain tapis yang sudah dipasarkan ke Dekranasda sejak lama. Bahkan, kain tapis dari Desa Bulok sudah menembus pasar luar dan ikut dijual di Pasar Bambu Kuning, Bandar Lampung. “Sudah dijual di luar daerah, tapi (kain tapis) kebanyakan pesanan. Kesulitan kita dalam menjual seni karena masyarakat belum tahu banyak seperti apa nilai seni. Selain itu, harganya juga cukup mahal bagi masyarakat menengah ke bawah,” katanya. (rnd)
Sumber: