Berangkat Dari Keprihatinan, Muli-Mekhanai Canti Sukses Gelar Khudad Akbar
Kemeriahan Halal Bi Halal dan Pawai 9 Pasangan Pengantin Suku Pekon Canti
Adat dan budaya di Indonesia memang sangat beragam dan memiliki ciri khas tersendiri. Namun, belakangan ini khususnya para generasi muda sudah melupakan adat dan budaya yang merupakan warisan leluhur. Alasan ini yang membuat Ikatan Muli-Mekhanai Desa Canti menggelar kegiatan Halal bi halal bertajuk ‘Khudad Akbar’ yang menjadi ciri khas masyarakat Saibatin Marga Rajabasa. Seperti apa kemeriahannya? Laporan IDHO MAI SAPUTRA, RAJABASA Kabupaten Lampung Selatan memang dikenal sebagai miniatur Negara Indonesia. Sebab, di kabupaten yang terbilang cukup tua di Provinsi Lampung ini masyarakatnya terdiri dari berbagai suku yang hidup rukun berdampingan. Mulai dari Jawa, Bali, Sunda, Batak dan Lampung yang merupakan penduduk asli pribumi. Namun, tidak dipungkiri jika adat dan budaya belakangan ini hanya bisa ditemui pada saat acara besar seperti pernikahan atau sejenisnya. Sehingga, warga asli sendiri kurang begitu mengetahui kebudayaan warisan leluhur mereka. Sebab, saat ini tak jarang masyarakat pribumi yang pergi meninggalkan kampung halaman untuk menggapai mimpi dan cita-cita. Mereka, akan kembali ke kampung halaman pada saat momen mudik lebaran seperti saat ini. Kesempatan momen lebaran tahun ini tidak di sia-siakan oleh Ikatan Muli – Mekhanai Desa Canti, Kecamatan Rajabasa untuk mengingatkan kembali ke-adatan yang ada di wilayah mereka. Meskipun terbilang sangat sederhana, kegiatan yang dibalut dalam halal bi halal lebaran itu sangat meriah dan tidak mengurangi nilai-nilai kebudayaan warisan leluhur. Hujan yang mengguyur di wilayah setempat pada Sabtu (8/6) pagi, tidak menghalangi semangat muda – mudi Pekon Canti untuk melestarikan adat Lampung Pesisir. Alhasil, meskipun persiapan yang terbilang prematur hanya 12 hari itu mampu mereka gelar dengan sukses. Berbekal semangat kebersamaan dan berangkat dari keprihatinan mereka terhadap adat-istiadat yang mulai luntur, Muli-Mekhanai Pekon Canti mampu mempersembahkan kegiatan ‘Khudad Akbar’ berikut 9 pasangan pengantin dari masing-masing ke-suku-an yang ada di Pekon Canti. Bahkan, anggaran untuk kegiatan itu dari swadaya para pemuda-pemudi secara sukarela. Radar Lamsel yang berkesempatan mengikuti kegiatan itu melihat betul kemeriahan acara tersebut. Bahkan, dalam arak-arakan yang ditata mulai dari Tuping, Pencak, Khudad lalu diikuti 9 pasangan pengantin dari masing-masing ke-suku-an itu menarik perhatian warga setempat dan para pengguna jalan. Tak jarang dari mereka mengabadikannya ke dalam sosial media melalui ponsel pribadi. Bahkan, beberapa masyarakat yang paham dengan kebudayaan itu memberikan ‘saweran’ berupa permen dan uang recehan yang ditaburkan kepada pasangan pengantin yang kemudian menjadi rebutan seluruh peserta yang ikut arak-arakan. Ketua Pelaksana Khudad Akbar Ikatan Muli-Mekhanai Desa Canti Ridwan Kesuma mengaku, cukup puas dengan kegiatan yang telah sukses digelar meskipun sangat sederhana. Dia mengatakan, hal ini menjadi awal menuju kebangkitan adat budaya khususnya wilayah Saibatin Marga Rajabasa. “Sebenarnya ide ini sudah terbesit dibenak saya sejak lama. Tapi, kala itu saya tidak punya kekuatan untuk menyampaikannya. Karena memang sibuk mengurusi urusan pribadi dan kuliah. Setelah saya fikir-fikir, kapan lagi kalau bukan sekarang. Karena, saya iri dengan daerah lain yang bisa menggelar acara adat tanpa harus menunggu momen besar,” ungkap Ridwan Kesuma kepada Radar Lamsel usai kegiatan. Mahasiswa semester akhir FKIP Sejarah UNILA ini menceritakan, sempat ada keraguan dan kekhawatiran dalam melaksanakan kegiatan tersebut. Namun, setelah melakukan koordinasi dengan para ketua suku akhirnya mendapatkan restu. Di dalam wilayah Desa Canti Saibatin Marga Rajabasa sendiri terdapat 9 ke-suku-an adat. Mulai dari suku Dalom Kesuma Ratu, Radin Kesuma Negara, Batin Benawa Saka, Batin Simbangan, Khadin Ugokh, Khaja Ulangan, Khaja Ugokh, Khaja Mangkubumi dan Khaja Makuta. Yang masing-masing suku memiliki ciri khas tersendiri melalui busana yang mereka kenakan. “Seperti yang kita ketahui, khudad biasa tampil di acara perkawinan saja. Di Desa Canti sendiri, hampir semua kalangan suka dan sangat tertarik melihat khudat pada acara pernikahan. Dengan momen lebaran ini, perantauan bisa melihat kembali adat budaya mereka. Lengkap dengan 9 pasangan pengantin sesuai suku yang menjadi khas mereka. Yang sampai saat ini masih diterapkan kepada keturunan mereka saat pernikahan,” terangnya. Ridwan yang masih keturunan salah satu Khadin ini mengharapkan, kegiatan ini bisa dijadikan agenda tahunan khususnya di Desa Canti. Bahkan, di tingkat kabupaten dengan skala yang lebih besar lagi. Agar, adat dan budaya Lampung Pesisir sendiri tidak tegerus oleh perkembangan zaman yang semakin memprihatinkan. “Acara ini murni dari Ikatan Muli-Mekhanai Desa Canti. Tidak ada campur tangan siapapun. Mudah-mudahan ini menjadi awal kebangkitan adat kita ke depannya,” tukasnya. Kepala Desa Canti Jahidin yang turut hadir dalam kegiatan tersebut mengatakan, pihaknya siap memfasilitasi berbagai kegiatan positif bagi para generasi muda Desa Canti. Namun, apapun bentuk kegiatannya harus direncanakan dengan matang dan terstruktur. “Kita punya anggaran desa. Tetapi, harus melalui tahapan mulai dari perencanaan. Kami pasti akan dukung jika memang kegiatannya positif. Seperti salah satunya kegiatan yang digelar sekarang ini,” pungkasnya. (*)Sumber: