Mengapa Kalianda tak Dilirik Donatur Pustaka?

Mengapa Kalianda tak Dilirik Donatur Pustaka?

Praktik Kirim Buku Gratis via Pos Sepi Peminat

KALIANDA - Sempat disetop pada November 2018 lantaran PT. Pos Indonesia dikabarkan terkendala masalah pendanaan, program kirim buku gratis via Pos setiap tanggal 17 akhirnya kembali digulirkan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada kahir Maret lalu. Program Presiden Joko Widodo yang memungkinkan masyarakat mengirim buku gratis lewat PT. Pos Indonesia tersebut ternyata masih tabu di Kecamatan Kalianda. Praktik kirim buku gratis di ibu kota Kabupaten Lampung Selatan ini kalah jauh bila dibandingkan dengan Kecamatan Penengahan misalnya. Kepala Kantor Pos cabang Kalianda, Selamet mengamini realita tersebut. Sejak bergulirnya program yang dicetuskan orang nomor satu republik ini pada 17 Mei 2017 silam, hanya satu kali transaksi kirim buku gratis terlacak oleh petugasnya. Pengirimnya pun, kata Slamet berasal dari Kecamatan Penengahan yang ditujukan kepada penerimanya di Kalianda. Setelah itu nyaris tak ada lagi parktik-praktik serupa yang bertujuan mendorong kemajuan literasi. \" Sejak dibukanya program itu pada 2017 silam sempat pula terhenti dan kini kembali diadakan, hanya sekali ada pengiriman dari donatur ke Kalianda, selebihnya tidak ada. Yang banyak transaksi itu justru di Kecamatan Penengahan bukan di Kalianda,\" ujar Slamet kepada Radar Lamsel, Sabtu (15/6). Sepinya tarnsaksi kirim buku gratis, apa karena Pos tidak mempublikasikan program tersebut? Slamet menjabarkan pihaknya memang tidak pernah mensosialiasikan kepada masyarakat. Sebab menurutnya pusat sudah mensosialisasikan program tersebut. \" Kalau sosialiasi dari cabang kami nggak pernah, langsung dari pusat biasanya. Tetapi kalau klue-nya bagi siapa saja yang ingin mengirim via POS setiap tanggal 17 itu masih gratis, kalau tanggal 17 nya libur bisa dikirim pada tanggal selanjutnya. Begitu,\" sebut Slamet. Keterlibatan pegiat literasi ternyata berpengaruh, sebab diketahui untuk Kecamatan Penengahan pegiat literasi disana cukup aktif. Sedangkan untuk Kecamatan Kalianda tampak sepi dari para pegiat literasi, hal ini disinyalir menyebabkan donatur pustaka tak melirik Kalianda sebagai pangsa pembaca yang menjanjikan. Pengelola Rumah Baca Lampung Selatan, Amir membenarkan bahwa kini aktivitas di rumah baca yang dimiliki Pemkab Lamsel, sudah jarang pengunjung yang sengaja singgah untuk membaca buku. Utamanya anak muda, mereka lebih suka gadget ketimbang membaca buku-buku lapuk terbitan lama yang tidak pernah terbarukan. \" Bisa dikatakan hampir tidak ada pengunjung yang sengaja datang untuk membaca. Mereka lebih pilih HP. Mengapa demikian? karena memang ketersediaan buku di Rumah Baca sendiri tidak kontempores, buku-buku kurikulum lama, bukan buku-buku kontemporer atau sejenisnya yang dapat menggugah nalar,\" ungkapnya. Menurut Amir, minat baca seperti membaca buku tidak dapat dipaksakan. Kebiasaan semacam itu murni dari gairah diri, sekalipun buku-buku yang ditawarkan merupakan buku-buku kontemporer macam, sastra, politik, hukum, kebudayaan hingga novel fiksi sekalipun. \" Oleh karena itu pula aktivitas kirim buku via Pos tampak sepi di kecamatan ini. Antara donatur dan penerimanya tidak seimbang, kalau peminatnya tinggi pasti ada donatur yang peduli,\" tandasnya. Untuk diketahui, pengiriman donasi buku biasanya disasarkan untuk masyarakat umum, pegiat literasi, pengelola Taman Baca Masyarakat (TMB), jaringan pustaka bergerak Indonesia serta sekolah-sekolah diseluruh penjuru tanah air. (ver)

Sumber: