Embung Rp 100 juta tak Maksimal

Embung Rp 100 juta tak Maksimal

PALAS - Sejumlah petani di Dusun Magelang, Desa Bangunan, Kecamatan Palas,  mengeluhkan keberadaan embung senilai Rp 100 juta tak berfungsi maksimal. Embung yang sejatinya difungsikan untuk menampung air hujan tersebut tidak mampu bertahan hingga musim gadu pertengahan tahun ini. Akibatnya tanaman padi terancam kekeringan. Diyono (48) Petani asal Desa Bangunan mengatakan, embung yang dibangun pada tahun 2018 lalu belum mampu mengatasi kekeringan pada saat musim tanam gadu di desa setempat. \"Belum bisa berfungsi maksimal, Mas. Pasalnya musim kemarau yang baru satu bulan ini embung sudah mulai kering,\" kata Diyono kepada Radar Lamsel, Selasa (16/7). Diyono menerangkan, saat ini embung yang dibangun oleh kelompok tani Mekarti Desa Bangunan itu dimanfaatkan petani secara bergilir, itu pun tidak mampu memenuhi kebutuhan air tanaman padi milik petani. \"Saat ini petani secara bergilir dengan diberi jatah setengah hari untuk menyedot air. Tapi tetap tidak cukup. Karena sebelum setengah airnya keburu habis, dan banyak petani yang tidak kebagian air,\" ujarnya. Hal senada juga diungkapkan oleh Giyono (35), menurutnya embung yang tidak berfungsi dengan maksimal itu disebabkan luas embung yang terlalu kecil. Padahal dana pembangunan embung tersebut diketahui cukup besar. \"Sangat disayangkan, tanaman padi petani masih tetap terancam kekeringan. Padahal kabarnya dana pembangunan embung ini cukup besar mencapai Rp 100 juta. Bahkan belum lama ini airnya sempat kering,\" ujarnya. Sementara itu, Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Penyuluh Pertanian Kecamatan Palas, Agus Santosa mengamini, bahwa embung sepanjang 48 meter dengan kedalaman lima meter dan lebar enam meter tersebut dibangun oleh Kelompok Tani Mekarti pada tahun 2018 lalu. \"Pembangunan ini dilakukan secara swakelola oleh Kelompok Tani Mekarti dengan anggaran sekitar 100 juta dari Dana Alokasi Khusus (DAK),\" pungkasnya. (vid)

Sumber: