Uang Receh Hantar Sopir Angkot Naik Haji
Bertahun - tahun menabung, istiqomah menghimpun receh demi receh. Sopir angkot bernama Masrur Qonian Abdul Mufid (60) dan Riyanti Pujiastuti (54) istri sekaligus kondektur angkot jurusan Kalianda – Patok, bakal menunaikan ibadah haji. Ingin tahu seperti apa romansa keduanya? Berikut kisah inspiratifnya!. Laporan VERI DIAL ARYATAMA, KALIANDA. Lelaki penuh uban dikepala itu sebentar lagi terbang meninggalkan Kabupaten Lampung Selatan. Ia dan partner sehidup-sematinya segera bertolak menuju Mekkah, Arab Saudi, untuk menunaikan rukun islam yang kelima, ibadah haji. Angkot hijau bertuliskan ‘Safarona Mabrur’ jadi saksi bisu keberangkatan mereka. Barangkali profesi tak lagi menjadi tolok ukur seseorang untuk pergi berhaji, melainkan niat dan tekad-lah yang menjadi kuncinya. Itu dibuktikan Masrur dan istrinya. Ketika dijumpai dikediamannya yang berkedudukan di Desa Sukatani, Kecamatan Kalianda. Kening pasutri paruh baya itu penuh keringat. Ternyata mereka baru pulang mengumpulkan koper perlengkapan haji di Kantor Kementerian Agama Lampung Selatan. Bolak-balik Kemenag Lamsel, keduanya setia menunggangi angkot BE 1012 DU. Nyali mereka tak ciut ketika jama’ah lain dihantar dengan mobil pribadi dan sebagainya. Sebab, 18 Juli (hari ‘ini) kloter 22 JKG asal Lamsel bakal berkumpul di Asrama Haji, Rajabasa, di kloter itulah nama keduanya termaktub sebagai calon jama’ah haji. Kepada Radar Lamsel, Masrur menceritakan perjuangannya. Lelaki yang sudah punya tiga orang cucu itu ternyata, sejak tahun 1978 sudah menjadi sopir angkot saat tinggal di Pulau Jawa. Masa transmigrasi pada jaman itu mengharuskan dirinya menjadi pendatang di kabupaten berjuluk khagom mufakat ini. Di masa transmigrasi, akses di Lamsel masih berupa jalan setapak. Belum ada angkot, yang ada hanya sepeda ontel. Barulah sekitaran 1990 akses untuk roda empat terbuka lebar. Memasuki 1997, Masrur dapat kebaikan dari sahabatnya. Ia ditawari menjadi sopir angkot jurusan Kalianda – Patok (Way Panji). “ Dulu penghasilan hanya Rp 100, karena dipotong untuk uang setoran. Sedangkan ongkos Kalianda – Patok masih sangat rendah, Rp 300 untuk umum dan Rp 100 untuk anak sekolah, kadang-kadang anak sekolah cuma bayar Rp 50,-,” kenang Masrur. Masrur orang yang konsisten, penghasilan yang jauh dari kata layak itu ditabung. Ia tak peduli berapapun yang didapat, yang penting menyisihkan untuk berangkat haji kelak, begitu tekadnya. “ Walah, kalau dipikir-pikir kapan sampainya untuk daftar haji? Tetapi berkat istiqomah itu tadi, Allah memberi kemudahan. Tahun 2012 ada teman yang menawarkan kemudahan, melalui tabungan bank syariah, dan saya ikuti. Dan alhamdulillah tahun ini dipanggil jadi jamaah haji,” ungkapnya. Kesusahan-kesusahan yang dialami Pasutri itu berbuah kemudahan. Seiring waktu berjalan tabungan sudah mencukupi untuk melunasi haji, bahkan keduanya mengaku tabungan mereka lebih sampai belasan juta rupiah. “ Pas mau pelunasan di Kemenag, saya tanya dengan calon jama’ah soal biaya pelunasan kena berapa? Orang itu jawab; kena Rp 10 juta per orang. Kami mengira, pastinya bayar pelunasan nggak jauh beda dengan jamaah lain,” kata dia. Uang Rp 20 juta disiapkan, uang itu simpanan keduanya yang tak dimasukkan bank. Saat akan melunasi, keduanya diberitahu petugas bahwa tak perlu lagi melunasi dikarenakan uang tabungan masih sisa sekitar Rp 12 juta. “ Ternyata masih sisa, ya alhamdulillah. Jadi bisa untuk kebutuhan lainnya,” ungkap ayah satu orang anak itu. Lalu bagaimana dengan para penumpang setianya yang bakal ditinggal sopir dan kondektur kesayangan pergi berhaji? Masrur mengaku sudah berkeliling silaturahmi, pamitan dengan handai taulan juga para pelanggan jasanya. “ Kepada penumpang, mulai dari tukang sayur sampai anak sekolah, saya sudah izin. Saya bilang mau istirahat dulu kurang lebih 50 hari, untuk menunaikan ibadah haji bersama istri,” ucapnya. Sementara Riyanti, mengaku tak banyak membawa barang bawaan. Ia dan suaminya hanya membawa pakaian empat setel, sedangkan untuk logistik mereka mengaku tak bawa apapun. “ Cuma bawa pakaian empat setel ditaruh dikoper, kalau jamaah lain bawa beras, cemilan dan lain-lain, kopernya gemuk-gemuk. Kami nggak bawa banyak, karena memang niatan hanya untuk ibadah, soal makan dan sebagainya kan sudah ditanggung oleh petugas,” terang Yanti, begitu sapaannya. Kondektur yang sudah tiga kali ganti jenis angkot ini meminta keberkahan sekaligus do’a. Hal itu pula yang diingin agar haji mereka mabrur sesuai dengan slogan angkot bertuliskan “safarona mabrur” yang berarti perjalanan terlaksana dengan baik. Terpisah, Kepala Kantor Kementerian Agama Lamsel Juanda Naim mengatakan mereka yang dapat menunaikan ibadah haji merupakan orang-orang yang sangat beruntung. “Perbanyaklah berdoa untuk kemakmuran, kesejahteraan dan kedamaian masyarakat di kabupaten ini,” pesan Juanda usai melakukan pemantauan ratusan koper jamaah haji di aula Kemenag Lamsel, Rabu (17/7). (ver)
Sumber: