Lapas Kalianda Lebih Humanis
Kapolda Lampung Apresiasi Kalapas
KALIANDA - Polda Lampung mengapresiasi langkah serta gagasan yang dilakukan oleh pihak Lapas Kelas IIA Kalianda. Kapolda Lampung, Irjen. Pol. Purwadi Arianto, M.Si memuji ide-ide yang dilakukan oleh Endang Lintang Hardiman, selaku Kalapas Kelas IIA Kalianda. Menurut Purwadi, Lintang telah mengubah lapas menjadi tempat yang lebih menarik dari sebelumnya. Pasalnya, pemandangan di dalam lapas itu begitu harmonis. Para napi juga diberi berbagai pembekalan untuk menggali potensi mereka diberbagai bidang. Hal itu pun dianggap bisa menjadika napi menjadi pribadi yang lebih baik. Perwira tinggi lulusan Akpol 1988 ini mengatakan bahwa Kalapas telah membuat suasana lapas lebih humanis. Menurutnya, pria yang akrab disapa Lintang itu bisa menjadikan lapas bukan sebagai penjara, tetapi menjadi tempat yang lebih mendekatkan hubungan dengan masyarakat di dalam lapas. Lapas yang terletak di Desa Negeri Pandan, Kecamatan Kalianda ini dianggap memberikan kenyamanan dan sangat menghibur. “Kami lihat sangat nyaman di dalam. Apresiasi buat Kalapas Kelas IIA Kalianda karena telah membuat suasana lapas yang sedemikian rupa. Sehingga membuat betah (napi) yang di dalam , tapi dengan jangan terlalu lama juga di dalam,” ucap Purwadi dengan senyum. Kondisi pembesuk pun tak luput dari perhatian Purwadi. Dari keluarga pembesuk, baik anak, dan istri bercengkrama dengan baik seolah-oleh tidak seperti di ruang lapas. Lebih lanjut, Purwadi mengatakan pembesuk terlihat sangat nyaman dan aman di dalam lapas. Kondisi demikian juga dirasakan oleh napi di dalam lapas. “Kalau sudah begitu, interaksi sosial antar petugas dan narapidana mungkin akan lebih harmonis. Sehingga jika ada hal-hal atau masalah yang ditemukan misalnya over capacity, bisa diselesaikan karena kenyamanan mereka di dalam lapas ini,” katanya. Kalapas Kelas II1 Kalianda, Lintang, mengaku ingin merubah mindset seram yang selama ini dianggap seram oleh masyarakat. Lintang mengatakan bahwa pihkanya selalu ingin merubah lapas agar menjadi tempat yang dikelola secara humanis. Sebab, lapas menjadi tempat masyarakat yang masih memiliki harapan panjang. “Jadi, kita membina manusia. Kita harus memanusiakan manusia. Supaya mereka bisa kembali di lingkungan masyarakat,” ucapnya. Ada banyak hal dan bekal yang diberikan pihak Lapas terhadap narapadina. Diantaranya kemandirian, kerohanian, dan keagamaan. Lintang mengatakan pihaknya memberikan pelajaran dalam agama apapun. Baik itu Islam, dan Nasrani. Lapas juga menyediakan tempat ibadah seperti masjid dan gereja, sekaligus mengundang ustaz dan pendeta yang memberikan pembelajaran kepada narapidana. “Untuk wirausaha, kita mencoba memberikan cara dan langkah-langkahnya. Sehingga setelah keluar dari sini (lapas), mereka (napi) memiliki motivasi untuk berwirausaha. Karena wirausaha ini bisa menghasilkan, bukan mencari uang dengan cara yang tidak melanggar hukum lagi,” katanya. Sejatinya, para napi memiliki talenta yang luar biasa. Salah satunya napi yang memiliki seni lukis. Lintang mengaku hal itu. Tetapi, napi tidak memanfaatkan keahliannya itu. Untuk memanfaatkan kehalian yang dimiliki, pihak lapas mencoba menggali potensi yang dimiliki napi. Lintang meyakini hasil lukisan itu bisa menjadi pundi-pundi rupiah. “Lukisan itu bisa laku dijual, jadi enggak perlu mereka main narkoba. Lukisan itu tidak ternilai harganya. Beberapa waktu lalu, ada napi yang juara 1 dalam lomba lukis di tingkat nasional. Dan lukisannya laku dijual, ada harga Rp2 juta, ada yang Rp3 juta, satu lukisan. Jadi kalau mereka menekuni itu, saya yakin mereka bisa. Setiap orang punya talenta, makanya kita gali,” katanya. (rnd)Sumber: